Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Matius 7:7
Saya baru punya sebuah pengalaman kecil. Suatu hari ketika saya ingin memberikan KTP, saya merogoh dompet dan…. KTP saya tidak ada disana! Duh, saya paling kesal kalau masalah seperti ini muncul. Otak saya didesain untuk mengingat hal penting dunia, seperti kapan Tembok Berlin runtuh dan kapan harga minyak dunia tiba-tiba jatuh. Tapi, kapan saya terakhir kali keluarin KTP dan ditaruh dimana? Ampun!
Sudah kebayang, harus ke kantor polisi. Harus ke kantor RT. “Bu RT pergi Pak, gak tau kapan pulangnya. Tunggu aja sampai Maranatha!” Kata pembantu Bu RT. “Hmmm, untuk surat kehilangan, Bapak harus ke Komdak dulu, terus ke Polda, terus ke New York, balik ke Istanbul, baru bisa ke Mojokerto dan urus surat kehilangan…” Terbayang suara bariton seorang petugas pamong rakyat. Repot! Dimana saya taruh KTP itu? Tempat fitness? Pabrik Indofood? Petugas fitness yang saya telepon sempat saya damprat. Tapi, kondisinya tetap sama. KTPnya tidak ketemu, bahkan setelah mobil dan semua tas dibongkar.
Dalam keadaan tak berdaya, sebelum menyerahkan diri pada Bu RT dan jawatan kepolisian, saya ingat Tuhan. Maka, di suatu malam, saya selipkan satu kalimat permohonan setelah doa bersama istri selesai. “Tuhan, tolonglah supaya KTP saya ditemukan ya….” Bisik saya. Eh, istri saya langsung nyolot. “Kamu ngomong apa tadi? Doa apa?” Ehm, saya cuma batuk dan pura-pura tidur. Istri saya masih belum menyerah. “Apa tadi? Kamu ngomongin aku ya? Doa apa tadi? Apa?” Hmmm, malu juga! Masak urusan KTP saja kok melibatkan Tuhan? Bukankah itu ngerepotin Tuhan namanya?
Ah, enggak juga. Kan Dia bilang, “Mintalah, maka akan diberi.” Boleh dong minta tolong? Bahkan cuma KTP sekalipun! Istri saya pun tersenyum geli ketika saya mengaku.
Beberapa hari kemudian, di hari terakhir pembayaran cicilan rumah, ATM saya macet karena kadaluwarsa. Bank apaan sih, kok kartu ATM bisa mendadak kadaluwarsa! Pas long weekend lagi. Terpaksa ATM istri saya jadi jaminan dulu. Di satu-satunya hari kerja, saya yang sedang mengantar tamu, terpaksa harus ke bank gara-gara urusan ATM. Kesialan apa lagi ini? Pikir saya.
Ketika saya sampai di bank, dan meminta tamu saya menunggu di mobil, saya membuka laci mobil untuk mengambil buku bank. PLUK! KTP saya, terjatuh dari dalam buku! Rupanya, saya pakai KTP itu terakhir kali ketika minta laporan bank. Dan sebagai seorang pemalas, saya tidak mengembalikannya ke dompet tapi tetep nyelip di buku bank, sampai saya terpaksa membuka buku bank lantaran ATM saya kedaluwarsa! Puji Tuhan Haleluya!
Saya jadi merenung. Mengapa Firman Tuhan dalam Matius 7:7 ini begitu bodoh kedengarannya? Mintalah, maka akan diberi. Carilah, maka akan didapat. Ketuklah, maka pintu akan dibuka! Gitu aja masak nggak ngerti?
Sadarkah kita, di era teknologi maju dan ekonomi canggih seperti sekarang ini, bahwa kita sering butuh, tapi tidak minta; ingin menemukan, tapi tidak mau mencari; dan ingin membuka pintu, tapi tidak mau mengetuk.
Iya kan? Saya aja, malu mau ngobrol sama Tuhan soal KTP saya. Doa kita isi dengan yang baik-baik saja. Bagaimana dengan masalah di kantor, posisi yang semakin terdesak, project yang di ujung tanduk? Apakah kita mau membuka semuanya pada Tuhan?
Saya jadi ingat komentar teman saya. “Lu jangan ngerepotin Tuhan dong! Masak gitu aja didoain. Tuhan kan Maha Tahu, dia sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita doakan. Jadi lu gak ngomong juga sudah tahu! Ngapain ngomong lagi!” Begitu kira-kira. Apakah benar begitu?
Menurut saya, ada tiga manfaat ‘meminta’. Yang pertama tentu saja yang meminta akan diberi. Kedua, memformulasikan keinginan kita pada Tuhan bermanfaat untuk kita sendiri. Dengan menyebutnya dalam doa, kita jadi lebih tajam dalam mengajukan permohonan. Apa sih sebenarnya yang kita perlukan? Menang tender? Atau dapat komisi? Atau dapat penghasilan lebih? Yang mana intinya? Makin jelas kita memformulasikannya, makin jelas pula fokus kita dalam mendapatkannya. Jadi, memformulasikan permohonan pada Tuhan akan membuat kita lebih fokus.
Yang ketiga, tentu saja, adalah mengeluarkannya dari dalam hati. Sebuah desakan yang mengganjal bisa mengubah perilaku kita – bahkan urusan KTP bisa membuat saya bersitegang dengan resepsionis tempat fitness, karena saya menduga disitu KTP saya terakhir dikeluarkan! Dengan mengungkapkannya dalam kata-kata, beban itu bisa sedikit lepas, plus kita semakin fokus dalam mengejarnya.
Di tengah jaman korupsi sekarang ini, banyak orang yang kejeblos karena mereka ingin mendapat tanpa meminta, menemukan tanpa mencari, dan dibukakan pintu tanpa mengetuk. Padahal, melalui langkah sederhana – meminta, mencari, mengetuk – Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengalahkan ego kita sendiri. Menelan kesombongan dengan merelakan solusi datang dari luar – dengan meminta, mencari, dan mengetuk. Tidak, Tuhan tidak repot kok. Ya, Tuhan memang tahu apa yang kita butuhkan tanpa kita menyebutkannya. Tapi Tuhan Yesus ingin kita meminta, mencari, dan mengetuk bukan untuk Dia – tapi untuk kita sendiri. Agar kita lebih fokus, lebih rendah hati, dan siap menerima apa yang kita minta!
Tulisan ini saya persembahkan untuk Pdt Benget dan Pdt Keyse dari GKI Ampera. Mohon maaf saya tidak sempat menghadiri kebaktiannya. Tapi saya doakan dan saya minta pada Tuhan Yesus, untuk operasi yang lancar, kesehatan yang baik, dan kesembuhan bagi Pak Benget dan Bu Keyse!
Salam,
Harnaz