“Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,
Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!”
Mazmur 103:2-4
Kawan, saya dan banyak orang lain seringkali lebih banyak mengeluh kepada Tuhan daripada memuji. Lihat saja blog ini, dan banyak blog-blog saya lainnya. Semuanya penuh dengan desahan, keluhan, helaan napas panjang, dan kesesakan. Padahal, kalau Anda bertemu saya dalam kehidupan sebenarnya, maka Anda akan heran. Saya orang yang beruntung! Sangat beruntung. Begitu pula Anda. Sadarkah Anda, bahwa Tuhan sudah begitu baik terhadap saya? Bahwa Tuhan sangat sayang sama saya? Bahwa Ia selalu menyediakan yang terbaik untuk saya?
Bayangkan, dua tahun lalu, saya adalah seseorang yang sangat kesepian. Saya berada sendirian di luar negri. Saya memang bergelimang harta dan kesuksesan: pekerjaan sedang bagus, karir saya naik, dan pekerjaan saya sangat menarik. Namun, hati saya merasa sangat kesepian. Saya merasa sedih melihat orang-orang seumur saya yang sudah berkeluarga, yang sudah punya momongan. Saya merasa kesepian, di sebuah apartemen yang mewah tetapi kosong, hanya saya sendiri isinya. Karena saya diluar negri, kesepian ini semakin menjadi, karena saya jauh dari teman dan keluarga. Lalu, di dalam kesepian itu, saya berdoa kepada Tuhan. Tuhan, berikanlah saya jalan keluar!
Dan kemudian jalan keluar itu terjadi juga. Butuh waktu memang, dan Ia selalu menunggu sampai saya pasrah. Ketika saya sudah berada di titik dimana saya tidak bisa berdoa dengan kata-kata lagi, saya hanya terdiam di hadapanNya. Karena apa yang harus saya minta? Saya sendiri tidak tahu solusinya. Saya tidak bisa bilang ‘Lakukanlah A ya Tuhan, maka masalah saya selesai!’. Tidak. Semua begitu rumit sampai-sampai saya hanya bisa berdiam saja. Dan, kemudian, Tuhan bertindak!
Dalam kepasrahan saya memutuskan untuk keluar dari perusahaan yang sudah saya ikuti selama 9 tahun. Saya sendiri belum paham benar mengapa, tapi satu tekad saya: saya harus pulang! Dan Tuhan pun, pada saat itu, menganugerahkan kepada saya sebuah pekerjaan baru. Pekerjaan baru ini sungguh luar biasa, sebuah solusi yang tepat untuk saya. Dengan benefit yang bagus, perusahaan kecil, di sebuah bidang usaha yang memang sedang berkembang, dengan lingkungan yang sangat dekat satu sama lain. Luar biasa bukan? Dari ratusan CV yang saya kirim, hanya satu yang memanggil untuk wawancara. Dan yang satu itu, adalah yang tepat untuk saya! Persis dalam waktu 1 minggu, dimana saya memang hanya berada di Indonesia 1 minggu itu. Luar biasa bukan?
Dan, sekarang saya baru tahu, bahwa posisi HRD Manager di perusahaan baru sayapun ternyata sama: beliau juga sudah pasrah. Beliau sudah pasrah karena setiap hari ditekan oleh atasannya untuk mencari pengganti seorang pegawai yang mendadak keluar, dalam kondisi dimana perusahaan sangat membutuhkan pegawai baru. Beliau pun sudah pasrah, menjawab “Ya, minggu depan ada kandidat bagus!” pada atasannya, tanpa satu kandidat pun di tangan. Pada saat itulah, lewat tengah malam, ketika ia sudah pasrah, ia menarik resume saya. Sementara saya, ribuan kilometer di negeri orang, pada saat yang sama, membulatkan tekad untuk kembali pulang. Seminggu kemudian, kami bertemu dalam sebuah wawancara kerja! Seminggu setelah itu, saya memtuskan pindah. Luar biasa bukan? Betapa Tuhan mampu mengatur sedemikian indahnya, sehingga dua orang yang pasrah yang terpisah ribuan kilometer bisa bertemu!
Lalu, Tuhan mulai mengatur hidup saya kembali. Ia memberikan solusi yang sulit namun memberi saya kekuatan untuk melaluinya. Ia mengatur supaya kerja saya di perusahaan baru bisa berjalan baik, Ia menyediakan bisnis yang sedang berkembang sehingga saya punya waktu untuk kehidupan pribadi saya. Ia mempertemukan saya dengan seseorang yang kemudian mewarnai hari-hari saya, sehingga hidup terasa lebih berarti. Bahkan sekarang ini, dalam keadaan kehidupan rohani yang sangat kering, tiba-tiba kantor saya mengadakan persekutuan. Puji Tuhan! Bahkan pada saat saya butuh pengajar rohani, pada saat saya tidak bisa menemukan persekutuan di gereja, Ia menyediakan persekutuan untuk saya. Sebuah anugrah yang luar biasa bukan? Malu hati rasanya, mengingat betapa sering saya mengeluh kepadaNya.
Namun, memang ada satu hal yang belum terwujud: mengenai pasangan hidup. Mengenai ini pergumulan saya cukup berat, namun juga perlahan-lahan semakin membaik. Dari semula bersemangat, kecewa, ngotot, lalu kemudian apatis, kini saya pasrah. Saya terus bertanya pada Tuhan, Tuhan, apakah ini orangnya? Jika ya, puji Tuhan, ini adalah anugerahNya yang terindah! Dengan kepasrahan ini, saya tidak terfokus pada satu orang, namun memfokuskan diri kepadaNya. Ya Tuhan, jika Ia jodohku, dekatkanlah Ia padaku! Tetapi jika bukan, biarlah yang terbaik Tuhan, yang Engkau pilih! Dan warna itu pun kini mewarnai hari-hari saya. Puji Tuhan!
Memang, masa-masa ini cukup berat. Satu hal utama yang menjadi pokok doa saya sejak saya masih di luar negri belum tercapai: keinginan untuk berkeluarga. Namun, sebuah kalimat dalam lagu yang kami nyanyikan dalam persekutuan Jumat lalu, membuat saya tercekat. Air mata menggenang di mata saya, suara tidak bisa keluar, diganti isakan tangis yang seolah tumpah ruah ke dalam relung hati yang paling dalam. Kalimat sederhana itu berbunyi:
“Takkan Kubiarkan engkau berjalan sendirian!”
Amin, Tuhan Yesus, amin! Terpujilah namaMu selama-lamanya!
Selamat merayakan Paskah!
No comments:
Post a Comment