“Siapakah diantara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya? Jadi, jikalau kamu tidak sanggup membuat barang yang paling kecil, mengapa kamu kuatir akan hal-hal lain?”
Lukas 12:25-26
Sadarkan Anda, bahwa kita sering mengalami mukjijat-mukjijat kecil? Saya pernah nyaris mendapat musibah ketika sedang menyetir mobil di daerah perkampungan saat mengunjungi pelanggan saya. Seorang anak kecil tiba-tiba menyebrang dengan kurang hati-hati, membuat saya tidak bisa menghindar dan akhirnya anak itu terserempet mobil saya. Bayangkan! Orang-orang kampung langsung menghentikan mobil saya, padahal saya tidak bermaksud untuk lari. Saat itu saya juga sedang bersama seorang tamu asing di mobil. Tapi, yang menjadi kekuatiran saya yang paling besar, bagaimana nasib anak kecil itu? Kalau sampai ada apa-apa, walaupun bukan kesalahan saya, pasti saya akan merasa sangat bersalah.
Ternyata, puji Tuhan! Sang anak, namanya Tasya, ternyata tidak apa-apa. Ia terjerembab ke aspal jalanan dan pingsan, tapi terkena benturan di daerah dahi yang tulangnya kuat, sehingga tidak ada gegar otak. Patah tulang pun tidak ada. Keluarganya Tasya, yang semula emosional, ternyata sangat baik dan tidak meminta uang sepeser pun. Sayalah yang kemudian menawarkan uang ala kadarnya, dan kami bersalaman baik-baik ketika saya antar Tasya kembali ke rumahnya dari Rumah Sakit. “Ini CT Scan otak dipajang di kamar Tasya ya!” kata saya. “Supaya ingat, hati-hati kalau menyeberang!”. Tasya pun tersenyum mendengarnya.
Bayangkan: kemungkinan Tasya tidak terluka mungkin 1 dari 1000. Ia bisa saja terjatuh di belakang kepala, tergilas mobil saya, atau mobil lain yang melintas di belakang saya. Tetapi, justru pada jam pulang kantor seperti itu, jalanan bisa kosong! Mukjijat bukan? Betul, ini adalah mukjijat.
Sadarkah kita, bahwa kita sering mengalami mukjijat? Teman saya yang seumur-umur tidak pernah berpacaran karena cueknya, ternyata menjadi orang pertama yang menikah diantara teman2 saya. Tiba-tiba saja seorang gadis membuatnya jatuh cinta, dan dengan sikapnya yang kaku kok bisa si gadis bisa membalas cintanya? Seorang teman yang lain lagi, sering diolok-olok karena gagap dan kurang nyambung bicaranya. Tapi, toh ada seorang gadis yang jatuh cinta padanya dalam sebuah seminar tentang perpajakan, dan sekarang sudah punya anak satu. Bagaimana mungkin semua itu terjadi? Mukjijat bukan? Bayangkan, setiap hari kita dihujani mukjijat!
Makanya, kita harus bersyukur dan berserah. Memang terkesan nasehat yang klise, tapi Tuhan adalah Sang Sutradara. Ia sangat ahli membuat skenario, merancang yang indah-indah untuk anak-anakNya. Jadi, jangan kuatir, apalagi sok menjadi yang paling pintar dan paling tahu. Belum-belum sudah berpikir, “Saya pasti gagal!” atau “Saya tidak punya harapan lagi!” atau “Lebih baik mati saja!”. Nanti dulu! Masakah Tuhan capek-capek menciptakan kita dan membimbing kita sampai sekarang ini, hanya untuk sebuah sad ending? Sabarlah. Berjuanglah sedikit lagi. Mukjijat sudah di depan mata – dan happy ending adalah jaminanNya!
Tomang, 12 Agustus 2011
No comments:
Post a Comment