Lalu mereka menjawab Yosua, katanya: “Segala yang kauperintahkan kepada kami akan kami lakukan dan kemanapun kami akan kausuruh, kami akan pergi; sama seperti kami mendengarkan perintah Musa, demikianlah kami akan mendengarkan perintahmu. Hanya, Tuhan, Allahmu, kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai Musa.”
Yosua 1:16-17
Dalam sejarah, selalu ada titik balik. Yang disebut sebagai titk balik adalah sebuah titik dimana keadaan seolah berbalik - dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Pembalikan ini bisa jadi melalui sebuah proses, atau terjadi begitu saja, namun yang pasti sudah melalui waktu yang lama. Contohnya, ketika Perang Dunia II berkecamuk, nampaknya tidak ada satu negarapun yang mampu menghentikan laju ekspansi yang beringas dari Jerman di Eropa dan Jepang di Asia. Jerman dengan Wehrmacht-nya seolah tidak terkalahkan, menghancurkan nyaris seluruh Eropa Barat dan kini mengancam Inggris. Sementara di Asia, Jepang sudah menghantam Korea dan dalam waktu beberapa hari saja sudah bisa menaklukkan raksasa Cina, dan kini berekspansi semakin ke Selatan menuju Pasifik. Lalu, siapa yang bisa melawan mereka?
Rupanya, sejarah pun mengingat akan titik balik Perang Dunia II. Titik balik pertama adalah kalahnya Jerman di Rusia, akibat musin dingin dan kegigihan perlawanan tentara Rusia. Kemudian, tentara Jerman juga terpukul di Afrika Utara, sementara Angkatan Udara Inggris berhasil mengagalkan rencana Hitler menaklukkan negara pulau itu. Di Asia, Jepang langsung bertekuk lutut ketiks Hisroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom oleh Amerika Serikat. Titik balik ini kadang-kadang terlihat seperti terjadi begitu saja, seperti ‚nasib’, padahal, titik balik ini terjadi melalui perjuangan yang panjang.
Ketika kita membaca Yosua, nampak jelas bahwa bangsa Israel kini memiliki mental yang sudah berbeda dibanding ketika keluar dari Mesir dahulu. Dalam ayat ini dikatakan bahwa bangsa Israel berjanji setia kepada Yosua, seperti mereka setia kepada Musa. Bahkan setelah ditantang oleh Yosua, bangsa Israel berjanji setia kepada Allah. Padahal, kalau dipikir kembali, apakah bangsa Israel setia kepada Musa? Tidak juga. Baru ditinggal sebentar saja, bangsa Israel sudah membuat patung lembu emas dan menyembahnya. Berkali-kali bangsa Israel mangkir, sampai-sampai nyaris dihabisi oleh Allah. Namun sesudah melalui perjalanan yang panjang, kepedihan, dan menunggu waktu, Yosua kini menjadi titik balik bangsa Israel. Sebuah titik, dimana sesudah itu bangsa Israel bisa mencapai apa yang dicita-citakan: tinggal di Tanah Kanaan yang dijanjikan.
Dalam hidup, kadang-kadang kita berharap akan titik balik. Kita sudah berusaha, berdoa, dan jatuh-bangun, namun nampaknya masih belum ada harapan di ujung terowongan. Jika demikian, bersabarlah, dan tetaplah berdoa! Titik balik yang diharapkan itu belum waktunya untuk muncul. Waktu, menjadi suatu faktor yang hanya dikuasai oleh Tuhan, menjadi satu-satunya faktor penentu mengenai kapan datangnya titik balik itu. Kelak, disaat kita sudah siap, barulah kita akan merasakan sebuah titik balik dalam kehidupan kita. Barulah kita mengerti, mengapa begitu lama kita berjuang, begitu lama kita menunggu.
Amin.