Wednesday, January 26, 2005

Cemburu Tanda Cinta

Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku“
Kel 20:5

Cemburu. Kata ini rasanya merupakan kata kedua terpopuler sesudah ‚sayang’ dalam setiap kisah asmara. Kata cemburu bisa ditemukan dalam berbagai lagu cinta, dari mulai Gombloh sampai Kris Dayanti. Cemburu diartikan sebagai sifat tidak suka atau curiga kepada pasangan kita karena pasangan itu mencintai atau melirik orang lain. Seburuk apapun efeknya, memang benar yang dikatakan bahwa cemburu adalah tanda cinta. Jika Anda masih cemburu pada pasangan Anda, maka cinta kasih Anda masih kuat. Tapi jika Anda sudah tidak perduli pasangan Anda berjalan dengan siapa, bisa diartikan pula bahwa cinta Anda padanya sudah redup.
Allah, yang mengasihi kita, tentu saja punya rasa cemburu juga sebagai tanda kasih. Seorang pendeta pernah memberikan sebuah ilustrasi yang bagus. Suatu hari, seorang istri menemukan sang suami menyimpan foto wanita lain di dompetnya. Sang istri pun lalu terbakar api cemburu, lalu menyemprot sang suami. Sang suami itu kemudian dengan enteng menjawab ,“Saya cuma menyimpan foto ini untuk iseng saja kok, tidak ada hubungan apa-apa.“ Nah para istri dan suami, atau yang masih pacaran sekalipun: bagaimana pendapat Anda mengenai jawaban itu?
Seringkali kita melakukan hal yang sama dengan iman kita. Hari Minggu ke gereja, tetapi hari Rabu menemui ’orang pintar’ untuk mencari petuah agar bisnis bisa lancar. Rumah yang sering digunakan untuk persekutuan, memiliki kertas hio atau kaca pada palang pintunya. Ketika ditanya, jawabnya enteng saja: saya kristen kok, semua itu kan hanya selingan saja, tidak menjadi dasar hidup saya. Lalu bagaimana? Betapa sulit untuk mempercayai bahwa seseorang bisa sukses karena rajin ke gereja, tetapi betapa mudah percaya bahwa kesuksesan itu datang dari semadi setiap Kamis dan mempersembahkan ayam cemani. Ingat! Apa yang kita sembah selain Dia, apa yang kita percayai selain Dia, akan membuatNya cemburu. Bukan karena benci, tapi karena kasihNya kepada kita!

Tsunami!

Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.“
Mat 24:40

Bencana tsunami yang melanda Aceh dan Sumatera Utara merupakan pukulan yang sangat mengerikan. Dengan mata kepala sendiri, seperti mimpi kita melihat bahwa hanya dalam waktu 2 jam, 105.000 jiwa melayang. Gelombang tsunami bergerak dengan kecepatan lebih dari 500 km/jam dan mencapai tinggi 10 m ketika mencapai bibir pantai. Air kemudian menyapu seluruh bangunan yang dilewatinya, menghanyutkan mobil, rumah, bahkan kapal tunda dan kapal nelayan yang memiliki berat ratusan ton. Hancur, lenyap, berantakan hanya dalam waktu sangat singkat. Hal ini terjadi tanpa bom nuklir, tanpa reaksi fusi, atau bom hidrogen. Hanya dengan air saja!
Bencana yang terjadi dengan sangat tiba-tiba juga sangat mengejutkan. Banyak cerita mengenai ibu yang terpisah dari anaknya, istri terpisah dari suaminya, kakak terpisah dari adiknya. Persis seperti tertulis dalam perikop diatas – dua anak yang sedang bermain, yang satu selamat yang lain hanyut dibawa ombak. Sang ayah yang baru turun dari mobil untuk masuk ke rumah tiba-tiba tersapu air dan hilang bersama puluhan balok kayu dan bangkai mobil. Dalam sekejap, keluarga yang tadinya begitu dekat dan dicintai, tercerai-berai diterjang ombak. Mengerikan!
Begitulah kira-kira nubuatan tentang akhir jaman. Kita berpikir bahwa dalam dunia yang modern ini, dengan teknologi yang sudah canggih, Allah tidak lagi begitu mudah menenggelamkan dunia seperti pada jaman Nuh. Ternyata kita salah! Semua teknologi, satelit, dan komputer, hanya bisa termenung melihat gelombang tsunami yang mencapai Sri Lanka dalam waktu 3 jam. Pesawat tercepat pun baru bisa mencapai Sri Lank dalam waktu 4 jam. Wahai manusia, jangan sombong dengan pencapaian teknologimu! Hanya dengan air saja, engkau sudah tergelepar tak berdaya...

Mari Bangkit!

„Berkatalah aku kepada mereka: „Kamu lihat kemalangan yang kita alami, yakni Yerusalem telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar. Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela“
Neh 2:17

Mengalirnya bantuan untuk korban bencana di Aceh merupakan peristiwa yang mengharukan. Padahal, Aceh adalah suatu daerah yang sebelumnya tidak aman karena dihantui oleh GAM, serta terkenal sebagai propinsi yang sangat kuat memegang agama Islam. Tetapi ketika bencana terjadi, seluruh dunia, termasuk Amerika, Jerman, Inggris, Arab Saudi, Jepang, dan Cina, bahu-membahu mengirimkan tentara dan bantuan untuk korban bencana di Aceh. Bendera setengah tiang berkibar di Amerika, serta seluruh warga Eropa meluangkan waktu 3 menit untuk mengheningkan cipta bagi korban tsunami, termasuk kanselir Jerman Gerhard Schroeder dan perdana menteri Perancis Jacques Chirac. Presiden George W Bush bahkan meluangkan waktu mengunjungi kedutaan Indonesia di Washington! Tidak ada lagi perang terhadap terorisme, tidak ada lagi perbedaan agama dan ras. Yang ada hanya satu: bahu-membahu membangun kembali Aceh!
Memang, ada orang-orang kerdil yang memanfaatkan situasi ini dengan meniupkan isu sentimen agama. Tetapi saya yakin bahwa bukanlah sifat bangsa ini untuk membeda-bedakan suku, agama, dan ras. Apalagi di saat musibah seperti ini, marilah sejenak melupakan saya dan aku, dan mementingkan kami dan kita. Lupakanlah identitas diri dan fanatisme picik! Seperti diikrarkan oleh Nehemia dalam perikop diatas, marilah kita bahu-membahu membangun kembali negri ini!

Bijaksana Dalam Kebaikan dan Bersih Dari Kejahatan

“Kabar tentang ketaatanmu telah terdengar oleh semua orang. Sebab itu aku bersukacita tentang kamu. Tetapi aku ingin supaya kamu bijaksana terhadap apa yang baik, dan bersih terhadap apa yang jahat.“
I Korintus 1:19

Apakah Anda seorang kristen? Apakah Anda rajin ke gereja? Apakah Anda rajin berdoa? Jika demikian, maka Anda bisa masuk dalam kategori ‚taat’. Tetapi, jangan sekali-kali berpikir bahwa ketaatan Anda adalah sebuah comfort zone dimana Anda bisa berpangku tangan!
Paulus dalam perikop diatas memperingatkan rekan-rekan pelayanannya di Roma mengenai bahaya yang terkandung dalam ketaatan. Yang pertama dikatakan bahwa kita harus bijaksana terhadap yang baik. Memang, tidak semua yang nampaknya baik itu sungguh-sungguh baik adanya. Saya pernah mendengar kisah tentang seorang kristen yang begitu menggebu-gebu imannya, sampai-sampai ia menjual bisnis dan semua miliknya untuk diberikan kepada orang miskin. Baik? Nanti dulu. Ketika melakukan itu, ia sekaligus memutuskan hubungan dengan istri dan anaknya karena ingin full time untuk pelayanan. Sang istri dan anak menjadi terlantar, bahkan sampai lama mereka harus berhutang kanan kiri untuk mencukupi hidup. Alih-alih menjadi saksi bagi Tuhan, orang tersebut pun menjadi bahan gunjingan di lingkungannya. Apakah ini yang diinginkan Tuhan? Tentu saja tidak. Apa yang baik memang harus dipilah lagi dengan bijak, apakah sesuai dengan kondisi lingkungan kita. Jangan tertipu dengan rupa yang baik!
Yang kedua adalah bersih dari yang jahat. Inipun sulit karena taat dan jahat tidak selalu berlawanan. Orang bisa saja taat tetapi jahat. Di Indonesia, hal ini sering terjadi. Koruptor-koruptor besar, justru seringkali merupakan pemuka masyarakat yang dikenal taat beragama, rajin bersedekah, walaupun hartanya diperoleh secara tidak halal. Teman saya kelahiran Jerman pernah menyatakan keheranannya pada orang Indonesia yang sering memiliki ‚dua kehidupan’ – kehidupan rohani dan kehidupan duniawi yang seperti bumi dan langit. Ia kemudian mengambil contoh rekan istrinya yang sangat aktif dalam kegiatan gereja, tetapi memiliki beberapa karaoke ‚remang-remang’ di pinggiran Jakarta yang menyediakan wanita panggilan. Terlalu banyak contoh orang yang taat ke gereja, taat berdoa, bahkan taat bersedekah, tetapi toh tidak bersih dari kejahatan!
Jadi, inilah pesan Paulus untuk orang taat. Bijaksana dalam kebaikan, dan bersih dari kejahatan!

Monday, January 03, 2005

Renungan Tahun Baru 2005

“Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah meninggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”
Kolose 3:9-10

Saya selalu membayangkan penampilan fisik saya sebagai agak gemuk dengan rambut yang menipis. Sejak tahun 2000 sampai sekarang, image saya mengenai diri saya selalu sama: agak gemuk dan rambut menipis. Tetapi, ketika saya melihat foto-foto lama, dari tahun 2000 sampai 2004, saya kaget sendiri. Awal tahun 2000, ketika saya masih di Eropa, ternyata saya sangat-sangat kurus dan berkulit agak hitam. Rambut saya pun masih lumayan tebal. Lalu ketika pulang ke Indonesia tahun 2001, badan saya mulai agak gemuk, dan sekarang mencapai taraf yang mengkhawatirkan walaupun belum overweight. Rambut juga sama, semakin tipis dan mudah-mudahan tidak menipis lagi!
Kadang-kadang kita tidak menyadari perubahan yang terjadi pada diri kita. Kita berpikir bahwa dari dulu sampai sekarang kita selalu sama, padahal kondisi lingkungan yang berbeda membuat kita berubah. Ini baru hal fisik, belum lagi sifat dan kelakuan kita. Saya juga sadar, bahwa sifat saya menjadi cenderung emosional dan bossy, sesuai dengan pekerjaan saya sekarang. Padahal waktu mahasiswa, saya tidak begitu.
Memang, ada kalanya kita harus berhenti dan melihat foto masa lalu, untuk menyadari betapa kita berubah dan ke arah mana kita berubah. Kita juga perlu melihat ’mental picture’, berbicara kepada teman-teman di masa lalu, yang bisa menilai ke arah mana kelakuan dan sikap kita berubah. Secara fisik semua jelas: saya harus mengurangi berat badan dan menyelamatkan rambut saya dari kepunahan! Bagaimana sifat dan kelakuan saya? Yang ini jauh lebih sulit. Tetapi, dengan bimbinganNya saya yakin, asalkan kita mau menyadari posisi kita dan tahu ke arah mana kita berjalan, kita akan menjadi ’manusia baru’ yang lebih baik! Selamat tahun baru 2005, Tuhan memberkati!

Sepenggal Puisi dari Timor

”dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”
Lukas 1:7

Sepenggal Puisi dari Timor1)

Bethlehem hanya merupakan tempat persinggahan Kristus
Kandang dan kain lampin menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan penyakit manusia tertua dan mendunia
Dengan petunjuk bintang berekor 3 orang Majus tiba di kandang Bethlehem
3 Orang Majus dari Banam, Onam dan Oenam2) kembali membawa berita gembira bahwa kemiskinan tidak untuk diseminarkan lagi di hotel berbintang
Kini kandang bukan sekedar lambang, kandang menjadi sumber harapan yang
menjanjikan

1) Puisi ini ditemukan oleh Erika di sebuah desa di Soe, Timor, NTT.
2) Banam, Onam, dan Oenam adalah tiga kerajaan adat di Timor

Selamat Natal 2004, Tuhan memberkati!