Friday, November 19, 2004

Mempersembahkan Yang Terbaik

"Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang hendak diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.“
Matius 6:3-4

Sebagai orang yang sibuk (atau sok sibuk?), saya tidak pernah punya waktu untuk mempersiapkan uang persembahan saya secara khusus. Setiap kali ke gereja dan tiba waktu persembahan, saya selalu membuka dompet saya apa adanya dan mempersembahkan apapun yang tersisa dalam dompet saya. Kadang-kadang ada ‚pertempuran batin’ jika yang tersisa tinggal 2 lembar: selembar Rp 1.000,- dan selembar Rp 50.000,-! Bahkan kadang-kadang tinggal tersisa selembar Rp 5.000,- kumal uang kembalian dari tol, yang saya persembahkan dengan janji akan lebih baik minggu depan. Nyatanya, sulit sekali menyisihkan waktu untuk menyiapkan uang persembahan!
Suatu kali di sebelah saya duduk seorang yang berbaju kumal dan berwajah lusuh. Meskipun keadaannya terlihat pas-pasan, saya bisa mengamati bahwa orang ini, meskipun mungkin tidak mampu, sudah mengenakan pakaian terbaiknya untuk ke gereja. Dan ketika persembahan tiba, dia memasukkan uang yang sudah dibungkus rapi dalam amplop! Saya jadi terhenyak. Persembahan dalam amplop berarti orang itu sudah menyiapkan uang persembahan sejak kemarin, atau paling lambat pagi ini. Mungkin dengan susah payah ia sudah menabung untuk seminggu, lalu khusus pergi ke warung membeli amplop, memasukkan uang persembahan ke dalam amplop, menyiapkannya untuk Tuhan. Betapa kerdil dibuatnya persembahan saya, yang secara nominal mungkin lebih besar, tetapi bukan dari hasil persiapan, melainkan dilakukan dengan sambil lalu?
Tuhan bukan tukang pajak atau auditor akunting. Ia tidak menuntut jumlah persembahan dengan prosentase tertentu, tidak juga mengharusnya ritual khusus. Ia hanya ‘melihat yang tersembunyi’, yakni melihat kerelaan kita di lubuk hati yang paling dalam, keseriusan kita dalam mempersiapkan yang terbaik untukNya. Suatu konsep yang sederhana, tetapi kadang-kadang masih terlewat maknanya oleh kita, orang-orang supersibuk di dunia modern ini!

Thursday, November 18, 2004

Kekuatan Kata-kata

„Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran“
Yoh 1:14

I have a dream. Kata-kata ini diucapkan oleh Martin Luther King Jr. di depan ribuan pengunjuk rasa di Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat. Kata-kata yang mampu menggetarkan ribuan orang yang hadir, dan jutaan orang lain yang melihat lewat televisi dan membaca lewat buku. Kata-kata dalam pidato Martin Luther King Jr. begitu hebatnya sampai-sampai disebut sebagai salah satu pidato terbaik yang pernah ada dalam bahasa inggris. Hanya kata-kata, tanpa gambar, tanpa multimedia, tanpa ilustrasi. Tetapi semangatnya mampu menghasilkan gelombang perubahan yang melanda Amerika Serikat mengenai persamaan hak rasial, bahkan ke seluruh dunia.
Bangsa Indonesia pun pernah mengalami hebatnya kata-kata. Bung Karno, Sang Proklamator, merupakan orator ulung. Dengan kata-katanya yang tajam, lugas, dan menggetarkan, beliau berhasil mengangkat harkat dan martabat bangsa ini dari bangsa jajahan yang hina menuju bangsa merdeka. To build the world anew, merupakan kata-kata yang diucapkannya di hadapan peserta konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Kata-kata, hanya kata-kata, sekali lagi tanpa gambar dan ilustrasi ataupun multimedia. Tetapi mampu menghasilkan gelombang perubahan yang melanda negara-negara bekas jajahan barat, bahkan kemudian ke seluruh dunia.
Jika kata-kata manusia biasa bisa begitu menggetarkan, terlebih lagi Firman Yesus Kristus, Tuhan kita! Tuhan Yesus juga ‚hanya’ bermodalkan kata-kata – tanpa gambar, tanpa film, hanya dari catatan penulis Injil. Tetapi kata-kata yang diucapkanNya mampu bertahan selama 2000 tahun, melalui segala macam penderitaan dan penindasan, menyiarkan kabar baik ke seluruh dunia. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Sepenggal kalimat itu sudah mampu untuk menghasilkan orang-orang seperti Ibu Theresa dan Dr. Livingstone, yang rela mengorbankan jiwa dan raga untuk menolong dan menyelamatkan yang lemah dan tertindas. Bahkan seorang Mahatma Gandhi pun terkagum-kagum oleh kekuatan kata-kata Tuhan Yesus dalam Khotbah di Bukit! Tidak terhitung lagi berapa orang yang sudah diselamatkan akibat pengaruh kata-kataNya yang tercatat dalam Alkitab. Benar seperti yang ditulis dalam Yohanes: kata-kata Yesus bukan sekedar kata-kata. Ia adalah Firman yang menjadi manusia!