"Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang hendak diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.“
Matius 6:3-4
Sebagai orang yang sibuk (atau sok sibuk?), saya tidak pernah punya waktu untuk mempersiapkan uang persembahan saya secara khusus. Setiap kali ke gereja dan tiba waktu persembahan, saya selalu membuka dompet saya apa adanya dan mempersembahkan apapun yang tersisa dalam dompet saya. Kadang-kadang ada ‚pertempuran batin’ jika yang tersisa tinggal 2 lembar: selembar Rp 1.000,- dan selembar Rp 50.000,-! Bahkan kadang-kadang tinggal tersisa selembar Rp 5.000,- kumal uang kembalian dari tol, yang saya persembahkan dengan janji akan lebih baik minggu depan. Nyatanya, sulit sekali menyisihkan waktu untuk menyiapkan uang persembahan!
Suatu kali di sebelah saya duduk seorang yang berbaju kumal dan berwajah lusuh. Meskipun keadaannya terlihat pas-pasan, saya bisa mengamati bahwa orang ini, meskipun mungkin tidak mampu, sudah mengenakan pakaian terbaiknya untuk ke gereja. Dan ketika persembahan tiba, dia memasukkan uang yang sudah dibungkus rapi dalam amplop! Saya jadi terhenyak. Persembahan dalam amplop berarti orang itu sudah menyiapkan uang persembahan sejak kemarin, atau paling lambat pagi ini. Mungkin dengan susah payah ia sudah menabung untuk seminggu, lalu khusus pergi ke warung membeli amplop, memasukkan uang persembahan ke dalam amplop, menyiapkannya untuk Tuhan. Betapa kerdil dibuatnya persembahan saya, yang secara nominal mungkin lebih besar, tetapi bukan dari hasil persiapan, melainkan dilakukan dengan sambil lalu?
Tuhan bukan tukang pajak atau auditor akunting. Ia tidak menuntut jumlah persembahan dengan prosentase tertentu, tidak juga mengharusnya ritual khusus. Ia hanya ‘melihat yang tersembunyi’, yakni melihat kerelaan kita di lubuk hati yang paling dalam, keseriusan kita dalam mempersiapkan yang terbaik untukNya. Suatu konsep yang sederhana, tetapi kadang-kadang masih terlewat maknanya oleh kita, orang-orang supersibuk di dunia modern ini!
No comments:
Post a Comment