Friday, February 10, 2012

Hidup dan Mati


“Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan”
1 Korintus 15:13
“Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan”
1 Korintus 15:16
“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”
1 Korintus 15:17

Dari semua tantangan alam, hampir semuanya sudah bisa ditangani oleh manusia. Dinginnya udara bersalju sudah bisa dibuat nyaman oleh teknologi pemanas dengan boiler dan pemanas lantai. Hembusan angin dingin sudah bisa ditahan oleh jendela ganda dengan gas Helium di tengahnya sebagai insulasi. Sungai-sungai raksasa bisa dibendung dan dijinakkan untuk dijadikan pembangkit tenaga listrik. Bahkan gunung berapi sudah bisa dibuat pemodelannya, sehingga peringatan bisa disebar sebelum meletus untuk menghindari korban. Terakhir, teknologi nuklir dan fisika materi sudah menjangkau ranah sub-molekuler untuk dieksploitasi sebagai penghasil tenaga listrik. Jika ribuan tahun lalu manusia terlihat lemah: mudah terinjak oleh dinosaurus, mati kelaparan kalau musim dingin tiba, atau terserang penyakit yang tidak ada obatnya – kini manusia sudah berbeda. Bisa dibilang, manusia sudah hampir menguasai alam semesta.

Namun, ada dua hal yang tidak bisa ditaklukkan oleh manusia: waktu dan kematian. Semua yang hidup akan mati – hanya masalah waktunya saja kapan. Dan mati bukanlah masalah teknologi – bahkan di jaman canggih, dengan Magnetic Resonance Imaging untuk scan otak, dengan antibiotik untuk membunuh bakteri, dengan teknologi kloning dan transplantasi sekalipun, semua orang tetap saja akan mati. Dan, semua orang beranjak dari muda ke tua. Tidak ada teknologi yang bisa membelokkan kematian, tidak ada teknologi yang bisa melengkungkan waktu. Yang ada hanya manusia, yang bercengkrama, berkegiatan, berbicara, tertawa, tetapi tiba-tiba kemudian meninggal. Dan, habislah hidup ini!

Hidup adalah hakekat. Hidup adalah yang membuat segala sesuatu menjadi baik. Hidup adalah pertanda adanya harapan. Tahun 1977, Ilya Prigogine, seorang ahli kimia fisik, menggagas tentang konsep sebuah satuan bernama entropi dalam termodinamika. Entropi adalah derajat kekacauan suatu sistem. Angkanya negatif, dan semakin besar angka negatifnya, semakin mudah proses itu terjadi. Misalnya seperti ini: proses pecahnya vas keramik memiliki entropi yang negatif. Proses ini disebut spontan, karena vas keramik cenderung pecah: tersenggol, tertiup angin, atau miring sedikit saja, vas akan pecah. Bahwa vas itu tidak pecah, hanya karena dijaga terus-menerus. Jadi, harus ada usaha untuk menjaganya agar tidak pecah – apalagi membuatnya dari tanah liat. Nah, proses pembuatan vas, dan penjagaan vas, entropinya positif. Tidak spontan. Harus ada yang membuat, berusaha, berkeringat, berlelah-lelah berjam-jam, untuk membuat sebuah vas keramik. Usahanya sulit, entropinya positif. Untuk pecah, butuh waktu beberapa detik saja. Entropinya negatif – proses ini spontan.

Jadi, semua proses di dunia ini yang melibatkan kehancuran, kerusakan, nihilisme, adalah spontan. Jadi, semua yang ada di dunia, cenderung akan menjadi rusak, busuk, hancur, dan berantakan.
Kecuali hidup. Hiduplah yang membuat manusia berganda, hewan berkembang biak, tanaman berkecambah. Seseorang yang baru meninggal dunia, wajahnya sama persis dengan waktu dia hidup, bukan? Namun, hidup sudah tidak ada dalam tubuhnya. Proses pembusukan sudah mulai, bakteri mulai merusak jaringan dalamnya. Hidup sudah tidak ada, dan kini entropi meraja lela: menghancurkan semuanya kembali menjadi debu. Hidup, selalu kalah oleh waktu, oleh kematian.

Oleh karena itu, berbahagialah kita karena Tuhan Yesus sudah bangkit! Satu-satunya harapan melawan kematian, ketiadaan, dan kesia-siaan, adalah kebangkitan Kristus. Jarang sekali Rasul Paulus mengulang sebuah topik, tapi dalam 1 Korintus 15, dua kali ia berkata: bahwa kalau Tuhan Yesus tidak bangkit, maka percuma saja kita beriman. Kalau Ia tetap mati, maka Ia tidak ada bedanya dengan kita, yang akan mati juga. Kalau Ia tidak mengalahkan kematian, maka buat apa kita beriman? Bukankah kita hanya akan menjadi subyek dari pergulatan para dewa, seperti dalam kisah Yunani ‘Perang Para Dewa’?

Tuhan Yesus bukan hanya memberi sebuah konsep, tapi sebuah bukti. Ia bangkit! Berarti, kita juga bisa bangkit. Berarti, perjuangan kita di dunia ini tidak sia-sia. Berarti, ada harapan untuk mengalahkan nasib, mengalahkan alam, mengalahkan entropi, dari Sang Pencipta Termodinamika itu sendiri. Jadi, kita harus hidup lebih optimis. Paulus sendiri menjelaskan, kalau tidak ada kebangkitan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati” (1 Korintus 15:32). Tidak perlu beramal baik, tidak perlu sopan-sopan. Reguklah kenikmatan dunia sebanyak mungkin, selagi bisa. Bukankah begitu? Untungnya, Tuhan Yesus sudah bangkit!

Maka, fokus kita harus dialihkan. Bukan hanya pada hidup di dunia sekarang ini – tetapi kehidupan nanti, setelah mati. Ingat, semuanya tidak sia-sia. Kristus telah mengalahkan kematian untuk kita. Ada harapan, bahkan harapan itu sudah dibuktikan oleh Kristus sendiri! Maka, hiduplah dengan benar, fokuslah pada Kristus. Ya – semua orang akan mati. Tetapi dalam Kristus – semua orang akan bangkit dan hidup kembali! Marilah memusatkan pikiran kita melewati kematian, menuju kehidupan yang kekal itu.

Amin.

10 Februari 2012