“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan
kebiasaan yang baik”
1 Korintus 15:33
Pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor, saya mendapati ban mobil
saya kempes. Terpaksa, dalam keadaaan sudah malas dan bangun terlambat, saya
mengirim sms pada sekretaris di kantor, menginformasikan bahwa saya terlambat.
Kemeja lengan panjang dan celana katun saya ganti celana pendek dan kaus, lalu
merangkaklah saya di kolong mobil dan mengganti ban dengan ban cadangan. Repot,
panas, kotor lagi! Ban yang kempes saya pasang di belakang, lalu saya ganti
baju lagi, dan menyetir mobil ke tukang tambal ban terdekat. Disana, tukang
tambal ban langganan saya, dengan sigap mengambil ban, lalu mulai memeriksa ban
yang kempes tersebut untuk mencari lubangnya.
Wow! Saya kaget. Untuk Anda yang berkendara, baik motor
maupun mobil, sadarkah Anda, bahwa nyawa Anda ada di tangan ban mobil Anda?
Walaupun Anda mengendarai Porsche Cayenne atau Suzuki Carry, tetap saja
kenyamanan berkendara tergantung pada benda melingkar hitam dan jelek ini.
Semua fitur kenyamanan mobil – dari GPS, ABS, sampai cruise control – semuanya hanya
berguna kalau ban Anda tidak kempes. Ban inilah yang menjadi titik kontak
antara kenyamanan mobil atau motor Anda dengan aspal jalanan yang panas, kejam,
berdebu, dan kotor.
Saya kaget ketika saya melihat ban saya sendiri. Saya
berpikir, pastilah mudah menebak mana yang bikin kempes: lihat saja mana paku
yang kelihatan menonjol. Ternyata, banyak sekali benda-benda asing yang
tersangkut di ban saya! Ada batu kerikil besar, ada potongan besi, banyak
sekali batu-batu kecil, dan lain sebagainya. Satu-satunya cara akuran
menentukan mana yang kempes adalah dengan air dan sabun! Tapi, sadarkah Anda,
bahwa selama Anda berkendara, seberapa sering ban mobil Anda menemui tantangan –
dari kerikil kecil sampai besar, paku, besi, batu, semen? Ketika tukang tambal
ban membersihkan ban saya, dan mencungkil semua kotoran yang ada, saya bisa
merasakan seolah ban mobil saya bernapas lega...
Saudaraku, ban mobil tadi bisa diibaratkan sebagai iman
kita. Sadarkah Anda – apa yang membuat kita hidup normal di jaman edan ini? Apa
yang membuat kita terus bertahan, walaupun ada masalah, ada cobaan, ada
kekecewaan? Apa yang mencegah kita lompat dari lantai 10 untuk bunuh diri, atau
berubah menjadi perampok dan kriminal, atau masuk ke rumah sakit jiwa? Ya –
iman kitalah yang membuat kita bertahan. Iman kitalah yang menjadi bemper
setiap kali ada benturan dengan kekecewaan, menjadi pegangan setiap kali kita
terperosok ke dalam jurang kegagalan, dan menjadi tali yang menarik kita keluar
dari sumur depresi. Iman kita – seperti ban mobil kita – setiap hari berduel
dengan kejamnya aspal jalanan, menahan benturan dari trotoir, tusukan besi
tajam, atau kerasnya sudut kerikil.
Seperti ban, pastilah kadang-kadang ada benturan yang cukup
kuat yang membuat iman kita kempes. Bagaimana cara mencegahnya? Sebelum kempes,
rawatlah iman Anda! Sering-seringlah berkegiatan di gereja, mendengarkan
khotbah, atau ikut persekutuan gereja. Di dalam pergaulan Kristen, di dalam
nyanyi dan lagu dan pemberitaan Firman, ‘ban’ iman kita diteliti, dicungkili
kerikil-kerikilnya, dan dicabut besi-besi yang tertancap disitu. Apakah Anda
merasa sepertinya ‘begitu-begitu saja’ ketika beribadah? Ini sama seperti kita rela
bayar mahal untuk melakukan servis mobil di bengkel mentereng, sementara untuk
ban cukup di bawah pohon rindang saja! Padahal, perawatan ban, sama seperti
perawatan iman, adalah penting. Ingat, jika iman Anda kempes, maka seluruh
mobil Anda tidak akan bisa digunakan, bukan?
Jadi, carilah pergaulan yang baik, rawatlah iman Anda secara
berkala!
Kedoya, 3 November 2011