Thursday, November 03, 2011

Perawatan Iman Secara Berkala


“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”
1 Korintus 15:33

Pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor, saya mendapati ban mobil saya kempes. Terpaksa, dalam keadaaan sudah malas dan bangun terlambat, saya mengirim sms pada sekretaris di kantor, menginformasikan bahwa saya terlambat. Kemeja lengan panjang dan celana katun saya ganti celana pendek dan kaus, lalu merangkaklah saya di kolong mobil dan mengganti ban dengan ban cadangan. Repot, panas, kotor lagi! Ban yang kempes saya pasang di belakang, lalu saya ganti baju lagi, dan menyetir mobil ke tukang tambal ban terdekat. Disana, tukang tambal ban langganan saya, dengan sigap mengambil ban, lalu mulai memeriksa ban yang kempes tersebut untuk mencari lubangnya. 

Wow! Saya kaget. Untuk Anda yang berkendara, baik motor maupun mobil, sadarkah Anda, bahwa nyawa Anda ada di tangan ban mobil Anda? Walaupun Anda mengendarai Porsche Cayenne atau Suzuki Carry, tetap saja kenyamanan berkendara tergantung pada benda melingkar hitam dan jelek ini. Semua fitur kenyamanan mobil – dari GPS, ABS, sampai cruise control – semuanya hanya berguna kalau ban Anda tidak kempes. Ban inilah yang menjadi titik kontak antara kenyamanan mobil atau motor Anda dengan aspal jalanan yang panas, kejam, berdebu, dan kotor. 

Saya kaget ketika saya melihat ban saya sendiri. Saya berpikir, pastilah mudah menebak mana yang bikin kempes: lihat saja mana paku yang kelihatan menonjol. Ternyata, banyak sekali benda-benda asing yang tersangkut di ban saya! Ada batu kerikil besar, ada potongan besi, banyak sekali batu-batu kecil, dan lain sebagainya. Satu-satunya cara akuran menentukan mana yang kempes adalah dengan air dan sabun! Tapi, sadarkah Anda, bahwa selama Anda berkendara, seberapa sering ban mobil Anda menemui tantangan – dari kerikil kecil sampai besar, paku, besi, batu, semen? Ketika tukang tambal ban membersihkan ban saya, dan mencungkil semua kotoran yang ada, saya bisa merasakan seolah ban mobil saya bernapas lega...

Saudaraku, ban mobil tadi bisa diibaratkan sebagai iman kita. Sadarkah Anda – apa yang membuat kita hidup normal di jaman edan ini? Apa yang membuat kita terus bertahan, walaupun ada masalah, ada cobaan, ada kekecewaan? Apa yang mencegah kita lompat dari lantai 10 untuk bunuh diri, atau berubah menjadi perampok dan kriminal, atau masuk ke rumah sakit jiwa? Ya – iman kitalah yang membuat kita bertahan. Iman kitalah yang menjadi bemper setiap kali ada benturan dengan kekecewaan, menjadi pegangan setiap kali kita terperosok ke dalam jurang kegagalan, dan menjadi tali yang menarik kita keluar dari sumur depresi. Iman kita – seperti ban mobil kita – setiap hari berduel dengan kejamnya aspal jalanan, menahan benturan dari trotoir, tusukan besi tajam, atau kerasnya sudut kerikil. 

Seperti ban, pastilah kadang-kadang ada benturan yang cukup kuat yang membuat iman kita kempes. Bagaimana cara mencegahnya? Sebelum kempes, rawatlah iman Anda! Sering-seringlah berkegiatan di gereja, mendengarkan khotbah, atau ikut persekutuan gereja. Di dalam pergaulan Kristen, di dalam nyanyi dan lagu dan pemberitaan Firman, ‘ban’ iman kita diteliti, dicungkili kerikil-kerikilnya, dan dicabut besi-besi yang tertancap disitu. Apakah Anda merasa sepertinya ‘begitu-begitu saja’ ketika beribadah? Ini sama seperti kita rela bayar mahal untuk melakukan servis mobil di bengkel mentereng, sementara untuk ban cukup di bawah pohon rindang saja! Padahal, perawatan ban, sama seperti perawatan iman, adalah penting. Ingat, jika iman Anda kempes, maka seluruh mobil Anda tidak akan bisa digunakan, bukan?

Jadi, carilah pergaulan yang baik, rawatlah iman Anda secara berkala!

Kedoya, 3 November 2011