“Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga
tidak dibangkitkan”
1 Korintus 15:13
“Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka
Kristus juga tidak dibangkitkan”
1 Korintus 15:16
“Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu”
1 Korintus 15:17
Dari semua tantangan alam, hampir semuanya sudah bisa
ditangani oleh manusia. Dinginnya udara bersalju sudah bisa dibuat nyaman oleh
teknologi pemanas dengan boiler dan pemanas lantai. Hembusan angin dingin sudah
bisa ditahan oleh jendela ganda dengan gas Helium di tengahnya sebagai
insulasi. Sungai-sungai raksasa bisa dibendung dan dijinakkan untuk dijadikan
pembangkit tenaga listrik. Bahkan gunung berapi sudah bisa dibuat pemodelannya,
sehingga peringatan bisa disebar sebelum meletus untuk menghindari korban.
Terakhir, teknologi nuklir dan fisika materi sudah menjangkau ranah sub-molekuler
untuk dieksploitasi sebagai penghasil tenaga listrik. Jika ribuan tahun lalu
manusia terlihat lemah: mudah terinjak oleh dinosaurus, mati kelaparan kalau
musim dingin tiba, atau terserang penyakit yang tidak ada obatnya – kini manusia
sudah berbeda. Bisa dibilang, manusia sudah hampir menguasai alam semesta.
Namun, ada dua hal yang tidak bisa ditaklukkan oleh manusia:
waktu dan kematian. Semua yang hidup akan mati – hanya masalah waktunya saja
kapan. Dan mati bukanlah masalah teknologi – bahkan di jaman canggih, dengan
Magnetic Resonance Imaging untuk scan otak, dengan antibiotik untuk membunuh
bakteri, dengan teknologi kloning dan transplantasi sekalipun, semua orang
tetap saja akan mati. Dan, semua orang beranjak dari muda ke tua. Tidak ada
teknologi yang bisa membelokkan kematian, tidak ada teknologi yang bisa
melengkungkan waktu. Yang ada hanya manusia, yang bercengkrama, berkegiatan,
berbicara, tertawa, tetapi tiba-tiba kemudian meninggal. Dan, habislah hidup
ini!
Hidup adalah hakekat. Hidup adalah yang membuat segala
sesuatu menjadi baik. Hidup adalah pertanda adanya harapan. Tahun 1977, Ilya
Prigogine, seorang ahli kimia fisik, menggagas tentang konsep sebuah satuan
bernama entropi dalam termodinamika. Entropi adalah derajat kekacauan suatu
sistem. Angkanya negatif, dan semakin besar angka negatifnya, semakin mudah
proses itu terjadi. Misalnya seperti ini: proses pecahnya vas keramik memiliki
entropi yang negatif. Proses ini disebut spontan, karena vas keramik cenderung
pecah: tersenggol, tertiup angin, atau miring sedikit saja, vas akan pecah.
Bahwa vas itu tidak pecah, hanya karena dijaga terus-menerus. Jadi, harus ada
usaha untuk menjaganya agar tidak pecah – apalagi membuatnya dari tanah liat. Nah,
proses pembuatan vas, dan penjagaan vas, entropinya positif. Tidak spontan.
Harus ada yang membuat, berusaha, berkeringat, berlelah-lelah berjam-jam, untuk
membuat sebuah vas keramik. Usahanya sulit, entropinya positif. Untuk pecah,
butuh waktu beberapa detik saja. Entropinya negatif – proses ini spontan.
Jadi, semua proses di dunia ini yang melibatkan kehancuran,
kerusakan, nihilisme, adalah spontan. Jadi, semua yang ada di dunia, cenderung
akan menjadi rusak, busuk, hancur, dan berantakan.
Kecuali hidup. Hiduplah yang membuat manusia berganda, hewan
berkembang biak, tanaman berkecambah. Seseorang yang baru meninggal dunia,
wajahnya sama persis dengan waktu dia hidup, bukan? Namun, hidup sudah tidak
ada dalam tubuhnya. Proses pembusukan sudah mulai, bakteri mulai merusak
jaringan dalamnya. Hidup sudah tidak ada, dan kini entropi meraja lela:
menghancurkan semuanya kembali menjadi debu. Hidup, selalu kalah oleh waktu,
oleh kematian.
Oleh karena itu, berbahagialah kita karena Tuhan Yesus sudah
bangkit! Satu-satunya harapan melawan kematian, ketiadaan, dan kesia-siaan,
adalah kebangkitan Kristus. Jarang sekali Rasul Paulus mengulang sebuah topik,
tapi dalam 1 Korintus 15, dua kali ia berkata: bahwa kalau Tuhan Yesus tidak
bangkit, maka percuma saja kita beriman. Kalau Ia tetap mati, maka Ia tidak ada
bedanya dengan kita, yang akan mati juga. Kalau Ia tidak mengalahkan kematian,
maka buat apa kita beriman? Bukankah kita hanya akan menjadi subyek dari pergulatan
para dewa, seperti dalam kisah Yunani ‘Perang Para Dewa’?
Tuhan Yesus bukan hanya memberi sebuah konsep, tapi sebuah
bukti. Ia bangkit! Berarti, kita juga bisa bangkit. Berarti, perjuangan kita di
dunia ini tidak sia-sia. Berarti, ada harapan untuk mengalahkan nasib,
mengalahkan alam, mengalahkan entropi, dari Sang Pencipta Termodinamika itu
sendiri. Jadi, kita harus hidup lebih optimis. Paulus sendiri menjelaskan,
kalau tidak ada kebangkitan, maka “marilah kita makan dan minum, sebab besok
kita mati” (1 Korintus 15:32). Tidak perlu beramal baik, tidak perlu
sopan-sopan. Reguklah kenikmatan dunia sebanyak mungkin, selagi bisa. Bukankah
begitu? Untungnya, Tuhan Yesus sudah bangkit!
Maka, fokus kita harus dialihkan. Bukan hanya pada hidup di
dunia sekarang ini – tetapi kehidupan nanti, setelah mati. Ingat, semuanya
tidak sia-sia. Kristus telah mengalahkan kematian untuk kita. Ada harapan,
bahkan harapan itu sudah dibuktikan oleh Kristus sendiri! Maka, hiduplah dengan
benar, fokuslah pada Kristus. Ya – semua orang akan mati. Tetapi dalam Kristus –
semua orang akan bangkit dan hidup kembali! Marilah memusatkan pikiran kita
melewati kematian, menuju kehidupan yang kekal itu.
Amin.
10 Februari 2012