“Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke babel sampai Kristus”
Matius 1:17
Saya punya kebiasaan untuk membaca Alkitab secara acak sebelum tidur. Jadi, saya membuka Alkitab secara ack, lalu diantara halaman yang terbuka, tempat mata saya pertama kali tertuju, biasanya menjadi perikop pilihan malam itu. Tujuannya, supaya saya bisa membaca Alkitab secara utuh, tidak hanya ayat-ayat yang terkenal saja. Untuk tujuan ini juga, saya tidak pernah menggarisi atau mewarnai ayat-ayat Alkitab tertentu dengan stabilo. Dengan demikian, semua ayat Alkitab terlihat sama dan sama pentingnya, dimanapun ayat itu berada.
Namun, kadang-kadang kalau saya menjumpai ayat seperti Matius 1:1-17, apalagi kalau hari itu saya sudah lelah dan mata sudah sulit diajak kompromi, makin sulitlah ‘tantangan’ membaca Alkitab ini. Siapa memperanakkan siapa, siapa kakek dan siapa cucunya, menjadi sangat tidak menarik dan kadang-kadang saya berpikir, apa ada gunanya membaca silsilah seperti ini ini?
Khotbah Pdt. Bigman Sirait yang saya dengar 2 minggu lalu mengubah pandangan saya mengenai silsilah ini, khususnya yang disinggung dalam Matius. Beliau mengatakan bahwa bukankah Allah pernah berjanji kepada Abraham, bahwa keturunannya akan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut? (Kej 22:17), bukankan Allah berjanji bahwa keturunan Abraham akan mendiami tanah Kanaan dan mengalami berbagai macam berkat?
Jika ya, nampaknya kenyataan jauh dari janji Allah. Bangsa Israel, keturunan Abraham, berkali-kali dijajah dan diusir dari tanah Kanaan. Hanya dengan pimpinan Raja Daud dan Salomo, mereka boleh dibilang berjaya. Namun, pemimpin mereka lagi-lagi berdosa dan berdosa, sehingga Allah mencampakkan mereka berkali-kali dalam penjajahan Mesir, Babel, bahkan Romawi. Sampai sekarang pun, seperti kita lihat di koran-koran, “Damai di Timur Tengah” belum bisa terwujud - sesudah ribuan tahun! Orang Israel masih belum bisa hidup tenang, selalu dihantui perang dan rasa tidak aman.
Nah, silsilah ini rupanya menjadi kunci bagi terwujudnya janji Allah. Kalau tidak ada silsilah ini, maka Yesus tidak ada hubungannya dengan Abraham. Namun, dengan adanya benang merah antara Abraham dengan Yesus, dan memperhitungkan perkataan Yesus bahwa yang percaya kepadaNya adalah anakNya, maka kita semua dengan perantaraan Yesus menjadi keturunan Abraham. Jadi, status ‚Bangsa Terpilih’ tidak lagi ditentukan oleh keturunan (ius sanguinis), tetapi oleh perbuatan dan iman terhadap Yesus. Dengan demikian, janji Allah ditepati: kaum yang percaya kepada Yesus kini semakin banyak di dunia, bahkan seperti pasir di laut! Jadi, dalam silsilah yang seolah tidak penting ini, terdapat sebuah hyperlink - yang memberika benang merah kepada seluruh Alkitab, dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru. Amin!
1 comment:
salam , pak Harry.
saya salut dengan bapak, pribadi yang dekat dengan kitabNya..mudah2an Tuhan selalu membimbing jalan Bapak.
Tentang bangsa Israil....yah.....saya malah lihat satu benang merah lain disitu...bahwa secara gentik mungkin ada suatu bangsa yang senang perang...(maaf) saya lihat suku bangsa Filistin...nggak suka dengan kata2 "rukun"
jadi...ya...gimana ya...dendam berbalas dendam.....
padahal Tuhan jelas2 benci dengan kaum yang selalu mengotori jiwanya.
mengotori jiwa dengan benci,dendam,amarah
syalom,
Post a Comment