“Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka
tiba di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan
tanah Kanaan”
Keluaran 16:35
Jika kita mendengar kisah mengenai manna, maka yang ada di kepala
kita adalah: wow betapa enaknya bangsa Israel! Tidak perlu bekerja, tidak perlu
berusaha, tinggal tidur saja dan Tuhan memberikan manna di depan pintu mereka!
Namun, ada sebuah pemahaman lain yang menarik mengenai manna ini.
Artikel ini ditulis di tahun 2020, dimana pandemi Covid-19
melanda dunia termasuk Indonesia. Dalam masa ini, banyak bisnis dan usaha
mengalami kesulitan, karena tidak boleh buka atau mengalami goncangan pasar.
Apalagi usaha saya sendiri, yang baru berusia 3 tahun. Untuk usaha baru, yang berusaha
bangkit dari kelesuan ekonomi akibat Pemilu tahun 2019, pukulan ini terasa
sangat sulit.
Sebenarnya kami cukup beruntung, karena bisnis kami ada dua:
merawat mesin yang sudah terjual, dan menjual mesin untuk proyek baru. Bisnis perawatan
mesin kami melonjak naik, dan setiap bulan rata-rata lebih tinggi daripada
tahun 2019. Namun, di bulan Oktober 2020, kekuatiran baru mulai muncul: belum
ada satupun mesin baru yang terjual. Dalam bisnis ini, jika tidak ada mesin
baru yang terjual, maka resikonya ada dua: pertama, bisnis perawatan kami
stagnan karena tahun depan tidak ada mesin baru yang bisa dirawat. Kedua,
principal atau produsen mesin di Eropa, akan memberi nilai rapor merah dan bisa
mencari agen baru, yang akan mematikan bisnis kami secara keseluruhan.
Sementara itu, banyak kisah sukses yang kami dengar dari
kawan-kawan. “Saya sedang tidur, tiba-tiba ditelepon dan dapat order mesin
baru!”… “Wah, sedang mujur nih, kok pelanggan lama tiba-tiba menelepon dan
memberik order mesin baru!”. Sementara dalam pembukuan kami: nol besar. Proyek
yang diperjuangkan tidak kunjung berhasil, bahkan mulai batal. Sementara “telepon
mujur” itu juga tak kunjung berdering.
Setelah mengalami “kekeringan” selama tahun 2019 dan sampai
Oktober 2020, saya mulai bimbang. Haruskah saya tutup usaha ini? Karena
bukankah Tuhan menjanjikan kelimpahan, dan bukan cuma kecukupan? Selama tahun
ini, Tuhan beberapa kali “menyelamatkan” kami, namun hanya untuk menjadi cukup
saja. Tidak lebih. Padahal kami sangat hemat, namun tetap saja “kelimpahan” itu
nampak seperti fatamorgana. Logika pun bermain: kalau Tuhan tidak memberikan
kelimpahan, apakah berarti Tuhan tidak menghendaki saya membuka usaha ini?
Apakah Ia sedang berkata, “Tinggalkanlah semua itu dan pergilah ke tempat lain!”.
Bukankah seharusnya usaha saya juga berkelimpahan seperti bangsa Israel yang
berpesta manna selama 40 tahun?
Kalau Anda sedang punya pikiran yang sama, nanti dulu. Mazmur
1:2 mengarahkan kita untuk membaca Taurat agar lebih peka dengan apa yang Tuhan
kehendaki. Benarkah waktu tahun-tahun manna itu bangsa Israel “berpesta”?
Keluaran 16 menjelaskan detailnya. Meskipun disediakan
setiap hari, manna itu cukup, tidak lebih. Bahkan tidak boleh lebih! Dalam ayat
4-5 Tuhan menjelaskan bahwa manna hanya keluar cukup saja untuk tiap orang.
Tidak lebih sepotongpun. Kalau coba2 disimpan, akan busuk berulat (ayat 20)!
Saking “pelit”-nya Tuhan, waktu libur hari ketujuh pun, manna hari keenam akan
keluar dua kali lebih banyak. Itu saja, tidak bisa disimpan lebih dari itu!
Kalau kita berpikir bangsa Israel “kurang ajar” dengan
berusaha menyimpan manna atau ingin kembali ke Mesir, coba kita pikirkan lagi.
Bagaimana rasanya dapat jatah tiap hari cukup untuk satu orang saja selama 40
tahun? Tidak ada yang beli dan jual, tidak ada bunga. Seperti paham komunis,
atau bahkan seperti jatah makan penjara bukan? Tidak ada orang kaya, tidak ada
miskin, semua sama. Tidak ada harapan menjadi maju, berkelimpahan, makmur. Zero
growth! Tetapi, maksud Tuhan jelas: untuk “menguji apakah bangsa Israel menaati
hukum Tuhan atau tidak” (ayat 4).
Kalau bisnis Anda berkecukupan, tetapi belum berkelimpahan,
jangan menyerah dulu. Barangkali masa ini adalah “the manna times”, dimana
Tuhan sedang mengajari kita caranya berkecukupan. Masa-masa ini selalu ada
dalam kisah-kisah Alkitab: ketika Yusuf dipenjara, ketika Ayub jatuh miskin,
ketika Yunus hidup di dalam perut ikan. Masa tunggu dimana Tuhan menjaga hidup
berkecukupan, tetapi tidak lebih. Dan ketika kita bimbang, ingatkah akan
kisah-kisah tersebut, jangan menyerah! Karena ada waktunya berkelimpahan, yaitu
nanti ketika tanah Kanaan tercapai, ketika kekayaan Ayub kembali berlipat
ganda, ketika Niniwe diselamatkan. Tapi sekarang, Tuhan ingin mengajarkan kita
melalui rejekiNya: cukupkanlah dirimu, supaya Tuhan tahu bahwa engkau selalu
menaati peraturanNya.
Rejeki yang cukup saja, sudah merupakan tanda Tuhan masih
menyertai Anda dan bisnis Anda. Ayo terus berjalan, sampai masa kelimpahan itu
tiba!
Salam,
Harnaz