Sunday, March 05, 2006

Mulailah Dengan Yang Mudah

“Manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah?”
Markus 2:9

Kambing apa yang paling banyak dicari di Indonesia? Jawabannya: kambing hitam! Lelucon garing namun nyelekit ini memang sudah sering kita dengar dan kita maklumi keberadaannya. Betapa ketika kita melihat seseorang yang sedang mengalami masalah, atau bahkan kita sendiri yang sedang dirundung malang, yang selalu dicari adalah kambing hitam – siapa atau apa yang menyebabkan kemalangan ini terjadi. Dan kenapa si kambing ini harus spesifik berwarna hitam? Karena, kambing yang hitam memang sulit dibedakan satu dengan yang lainnya. Alhasil, ketika berhasil menjerat si kambing hitam, nyaris mustahil untuk mengkonfirmasi apakah ini kambing hitam yang benar-benar bertanggung jawab atau hanya kambing yang kebetulan kesasar masuk perangkap kita.

Begitulah sifat prasangka manusia. Tudingan bahwa permasalahan yang diperoleh seseorang merupakan ‘hukuman’ atas tindakan di masa lalu membuat sang penderita seperti jatuh dan tertimpa tangga. Tudingan ini bukannya meringankan beban sang penderita, tetapi justru membuatnya tambah sengsara, penasaran mencari penyebab azab yang dideritanya itu.

Dalam perikop diatas, Tuhan Yesus ingin menunjukkan hal ini kepada para ahli Taurat.
Adalah anggapan umum dalam agama Yahudi bahwa apabila seseorang menderita cacat, hal itu dianggap sebagai hukuman dari dosanya maupun dosa nenek moyangnya di masa lampau. Akibatnya, penderita cacat ini sudah menderita masih dihakimi pula, sehingga membuat penderitaannya bertambah. Lewat ungkapan cerdik “mengampuni dosa”, Tuhan Yesus ingin menunjukkan, bukankah ungkapan “dosamu diampuni”, begitu melegakan bagi para penderita cacat itu? Bukankah ungkapan bahwa apa yang terjadi sekarang hanyalah bersifat sementara dan bukan konsekuensi dari apapun, terdengar begitu indah dan menenangkan? Dan bukankah itu mudah, karena tidak beresiko? Siapapun bisa melakukannya! Tapi, untuk berkata “Bangun dan berjalanlah”, dibutuhkan kekuatan mukjijat yang luar biasa, seperti ditunjukkan Tuhan Yesus. Dengan ungkapan perikop diatas, Tuhan Yesus memberikan tantangan kepada kita: kalau memang kita tidak memiliki kuasa mukjijat, mengapa tidak melakukan hal yang sederhana: dengan meringankan beban sang penderita lewat ungkapan yang menghibur? Mulailah dengan yang mudah!

No comments: