Tuesday, January 08, 2008

Berkenalan Dengan Pendeta Google Dot Com

Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Matius 10:16

Saya pernah menghadiri sebuah kebaktian di dekat rumah saya. Liturgi berjalan seperti biasa, dengan beberapa lagu dan Pengakuan Iman Rasuli. Dan, tibalah saatnya untuk mendengarkan khotbah. Di dalam Kristen Protestan, khotbah atau Firman Tuhan menjadi pusat dari semua liturgi. Disinilah terjadi dialog antara Tuhan dengan manusia, dimana banyak orang bisa menatap wajah Yesus melalui kata-kata yang diilhami oleh Roh Kudus. Begitu pentingnya khotbah ini, sampai-sampai para anggota GKJJ (Gereja Kristen Jalan-Jalan - orang yang suka pindah-pindah gereja) biasanya memilih beribadah di tempat yang khotbahnya paling bagus. Jadi, wajar saja, kalau hati saya berdebar-debar ketika khotbah akan dimulai. Apa yang akan dikatakan Tuhan Yesus pada saya hari ini?

Dasar khotbah yang diberikan pada hari itu diambil dari Kisah Para Rasul 20:7-11. Cerita ini memang cukup aneh, menceritakan seorang pemuda bernama Eutikhus yang mengantuk lalu jatuh dari lantai atas ketika mendengarkan Rasul Paulus berkhotbah. Rasul Paulus lalu membangkitkan sang pemuda itu dari kematiannya (KIS 20:10). Wah, sebuah cerita mukjijat yang menakjubkan! Tapi, pelajaran apa yang bisa kita peroleh darinya? Memang tidak mudah, dan saya mengharapkan Pak Pendeta akan memberikn inspirasi yang baru di hari itu. „Jadi, Bapak dan Ibu sekalian...“ kata Pak Pendeta memulai khotbahnya. „Makanya, kalau mendengarkan khotbah, jangan sambil ngantuk ya! Nanti jatuh ke bawah dan mati sama seperti Eutikhus!“ kata beliau, disambut tawa hadirin. Masalahnya, Pak Pendeta tidak sedang melucu. Ia baru saja mengungkapkan inti khotbahnya.

Saya pulang, terus terang, dengan hati kesal. Masakan tidak ada makna lain selain ‚jangan ngantuk waktu berkhotbah’? Memang, ayat seperti ini tidak memiliki perintah atau ajaran tertentu yang tersurat. Karena penasaran, sayapun pulang ke rumah. Lewat internet Telkomnet yang murah tapi lambat bukan main, saya pun pergi ke www.google.com. Saya lalu memasukkan nama Eutychus, sang pemuda tadi, karena penasaran ingin mengetahui pemahaman teologis mengenai peristiwa kematiandan kebangkitannya.

Nama itu membawa saya ke website www.christiancourier.com. Ada sebuah artikel berjudul “The Case of Eutychus” oleh Wayne Jackson. Disana dibahas dengan sangat mendetail latar belakang teologis dari peristiwa tersebut. Bahkan sampai penyebutan ‚lampu’ (KIS 20:8) dijelaskan sebagai penekanan bahwa pertemuan kristiani tidak perlu dilakukan dalam gelap, seperti disyaratkan oleh beberapa aliran sesat pada waktu itu. Ternyata, peristiwa mati dan bangkitnya Eutikhus ini memiliki makna mendalam, yakni Paulus mendemonstrasikan kepada para tetua di Troas bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, dan kuasa untuk melaluinya hanya ada pada Tuhan. Dan, itu baru satu website yang saya lihat. Dengan memasukkan nama Eutychus melalui Google, ada 65.700 website lain yang memuat nama tersebut. Sebuah gudang informasi yang luar biasa lengkap, tapi murah dan mudah dijangkau!

Hal yang sama juga terjadi di hari Minggu yang lain, dimana dibahas mengenai Khotbah Paulus di Athena, Kisah Para Rasul 17:22-32. Waktu itu Pak Pendeta lagi-lagi menjelaskan moral dan cerita yang bisa ditebaknya dari apa yang tersurat di Alkitab, betapa orang Yunani waktu itu adalah penyembah berhala, sehingga harus sehgera bertobat sebelum dihukum. Padahal, di dalam perikop ini disebutkan mengenai golongan Epikuros dan Stoa dan ‘Allah yang tidak dikenal’. Apakah maksud penulis Alkitab mencatat semua ini? Apakah hanya itu saja makna khotbah Paulus di Athena?

Sepulang dari gereja, saya lalu kembali ke www.google.com untuk mencari informasi. Ternyata, latar belakang sejarah yang bisa saya peroleh luar biasa banyaknya. Dengan memasukkan nama ‚Areopagus’, saya bisa memperoleh 231.000 halaman informasi. Lewat link ini pula saya bisa mengerti mengenai konsep ‚Allah yang tidak dikenal’, apa yang disebut golongan Epikuros dan Stoa (KIS 17:18 - untuk latihan, silakan masukkan kata-kata tersebut di Google dan lihatlah apa hasilnya!). Ternyata, khotbah Paulus di Athena sangatlah penting karena Paulus menantang ahli-ahli filsafat pada masa itu. Athena merupakan pusat intelektual dunia, tempat banyak orang cerdik cendekia berkumpul untuk mendiskusikan mengenai alam semesta dan konsep hidup. Bahkan nama-nama terkenal seperti Demokritos, penemu konsep atom, pernah singgah dan sekolah di Athena. Lalu, bagaimanakah seorang Paulus, yang tidak pernah sekolah, hanya berpendidikan seorang warganegara Roma, dengan konsep agama yang baru pula, bisa menantang para cerdik cendekia itu?

Dengan khotbah yang sangat singkat, Paulus ternyata memutarbalikkan pemahaman orang Yunani tentang alam semesta. Paulus menohok ke jantung kemunafikan filsafat Yunani - yang di satu sisi sangat menekankan konsep logika dan kebebasan berpikir, namun di sisi lain menganut paham polytheisme dan memiliki dewa-dewa yang begitu banyak dan tidak masuk akal. Bahkan sampai ada kuil yang ditujukan bagi ‚Dewa/Allah yang tidak dikenal’! Nah, konsep inilah yang digunakan Paulus untuk menjelaskan bahwa pastilah ada satu Zat, Sang Esa, yang berada di balik semua konsep alam semesta (KIS 17:24). Jadi, di tengah Majelis Areopagus Yunani, Kota Athena, yang merupakan jantung polytheisme, Paulus secara tajam dan ringkas berhasil memasukkan konsep monotheisme secara gamblang. Bukan main-main, sesudah khotbah Paulus, beberapa anggota Majelis Areopagus - seperti Dionysius - langsung menjadi percaya.

Hebat! Dan semuanya ini saya peroleh dalam petualangan saya ber-google dalam nama Tuhan. Dengan memasukkan kata kunci ‘Stoicism’ (bahasa Inggris dari golongan Stoa), saya mendapat 597.000 portal. Dengan kata kunci ‘Epicureanism’ (bahasa Inggris dari golongan Epikuros), saya bisa memperoleh 2.150.000 portal. Memang, isinya macam-macam - dari yang benar-benar berhubungan dengan Alkitab, sampai yang bertolak belakang. Namun, toh kita bisa mensortirnya dalam waktu singkat dan menemukan begitu banyak tafsir, latar belakang sejarah, dan artikel-artikel pendukung yang akan membuat pemahaman kita mengenai perikop tersebut lebih mendalam. Hanya butuh waktu beberapa menit dan beberapa ribu rupiah pulsa, namun informasi yang diperoleh begitu luar biasa, dibandingkan dengan membuka buku-buku tafsir yang tebal dan membingungkan. Ayo para pendeta, jangan gaptek! Bukankah Tuhan Yesus pernah berkata, kita harus cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati?

10 Tips Dalam Menggunakan Google Untuk Pemahaman Alkitab

1. Pastikan Anda sudah menggunakan ejaan bahasa Inggris yang benar. Sebagian besar sumber informasi kristiani berasal dari Amerika Serikat, sehingga penulisan bahasa Inggris yang tepat akan membawa hasil yang tercepat dan terbaik. Contohnya, kata kunci ‚Lukas’ akan membawa kita pada portal Lukas Haas, seorang aktor Amerika. Kata ‚Lucas’ juga langsung memberikan informasi mengenai George Lucas, sang sutradara film Star Wars. Hanya dengan menggunakan kata kunci ‚Luke’, maka urutan yang pertama keluar adalah ‚The Gospel of Luke’.

2. Bingung menentukan ejaan bahasa Inggris yang benar? Jangan putus asa. Google biasanya akan memberikan petunjuk jika Anda salah total dalam memasukkan sebuah kata kunci, dan akan mengusulkan kata terdekat yang mungkin lebih cocok.

3. Takut biaya pulsa melonjak tinggi, atau Telkomnet instan Anda terlalu terengah-engah untuk mendownload kilobyte dalam jumlah besar? Gampang. Sebagian besar informasi terdapat dalam bentuk tulisan, bukan gambar. Padahal yang banyak menyedot bandwidth adalah gambarnya. Jadi, lihatlah tulisannya saja, tidak perlu gambarnya! Caranya: di Internet Explorer, pilih menu Tools - Internet Options - Advanced. Lalu di bawah menu Multimedia, unclick (hilangkan tanda cek berwarna hijau) pada pilihan Play Animation, Play Sound, Play Video, dan Show PIctures. Setiap portal yang Anda download hanya akan menunjukkan tulisannya saja - just what you need.

4. Jika sudah menemukan portal langganan, yang selalu memberikan informasi yang benar, masukkanlah dalam Favourites (klik menu ‚Favourites’ pada Internet Explorer, lalu pilih ‚Add to Favourites’). Favourites adalah daftar kumpulan portal yang Anda pilih. Jadi, jika Anda ingin mencari informasi lagi, cobalah dulu pada daftar Favourites Anda sebelum ke Google. Siapa tahu yang Anda butuhkan sudah ada disana, dan tidak perlu berkeliling dunia lagi untuk mencarinya!

5. Gunakanlah kata kunci yang spesifik. Misalnya, untuk mencari ‚Perjamuan Terakhir’, bahasa Inggrisnya ‚The Last Supper’. Jika Anda hanya memasukkan kata ‘Supper’, maka akan muncul 20.200.000 portal, kebanyakan mengenai makanan. Pusing kan? Tapi dengan memasukkan kata kunci ‘The Last Supper’, portal yang muncul sebanyak 4.760.000 buah. Jadi, Anda menghemat 75% waktu pencarian dengan kata kunci yang lebih spesifik.

6. Gunakanlah kata-kata yang sespesifik mungkin. Jangan coba-coba mencari kata-kata umum seperti ‚berkat’ atau ‚roh’, karena akan muncul jutaan informasi yang tidak berguna buat Anda. Gunakanlah kata spesifik, misalnya ‚Areopagus’, ‚Stoa’, atau ‚Epikuros’, daripada kata-kata umum seperti ‚Paulus’ atau ‚Athena’. Pencarian Anda akan lebih tepat sasaran.

7. Hati-hati dengan apa yang Anda temukan. Dunia maya menyimpan milyaran informasi, dari yang benar sampai yang agak miring. Tidak mustahil bahwa Google akan menuntun Anda justru ke portal-portal atheis atau gnostik yang akan menjerumuskan Anda ke pengertian yang salah. Kalau yang Anda baca dirasa kurang ‚sreg’ di hati, tinggalkan saja, jangan dibaca.

8. Jika Anda menggunakan sebuah portal untuk bahan tulisan, biasakan untuk selalu mencantumkan portal tersebut dalam daftar pustaka. Selain menaati kaidah ilmiah dalam pengutipan karya orang lain, langkah ini paling tidak menghargai sang empunya ide yang menjadi sumber tulisan kita.

9. Biasakanlah untuk mengopi halaman yang menarik dan menyimpannya dalam satu file, untuk dibaca kemudian. Jarang sekali ada satu portal yang memuat semua keinginan kita - seringkali kita menemukan potongan-potongan informasi di beberapa portal, yang harus diolah lagi untuk mendapatkan benang merahnya. Jangan hanya menyalin saja - buatlah sesuatu yang baru!

10. Yang terakhir, berdoalah sebelum ber-google untuk Tuhan. Untuk makan saja kita selalu berdoa memohon bimbingan Tuhan Yesus, apalagi untuk berkelana di belantara dunia maya yang juga berisikan pornografi, kesesatan, dan bahkan portal pemandu bunuh diri? Asalkan hati kita tulus seperti merpati dan selalu berdoa dan berhati-hati, niscaya Tuhan akan beserta kita dalam ber-google ria.

Harry Nazarudin

1 comment:

Nadyakurnia.M said...

Bang Harry memang lebih pandai dan lebih hebat dari kebanyakan para pendeta. Banyak hamba Tuhan di daerah yang memang gaptek. Jadi tidak mengerti dan tidak punya apa itu HP Nokia 9210, iPod, blackberry,dlsb. Tapi meski mereka gaptek, mereka tetap dipilih, dikuduskan dan dipakai Tuhan untuk menjadi hamba-hambaNya; melayani orang yang akan menikah, melayani sakramen (meski tidak punya laptop or hp keren), pelayanan kedukaan/pemakaman, khotbah, konsultasi keluarga,dll...pendeknya hidup untuk melayani dan menjadi berkat. Sedangkan Bang Harry yang jauh lebih pandai dan hebat dalam iptek, apakah termasuk yang dipilih menjadi pendeta or tidak ya ? Yang dimaksudkan Pendeta dalam khotbahnya tsb. adalah betapa penting dan menentukannya Alkitab bagi kehidupan orang Kristen; dan hp Nokia 9210 itu adalah ilustrasi saja. Tanpa harus menggunakan ilustrasi yang sama, semua pendeta tentu juga berulang kali mengajarkan betapa pentingnya dan betapa menentukannya Alkitab bagi Jemaat. Tetapi interpretasi bang Harry kok malah mengalihkan dan menekankan tentang pentingnya hp dan buku petunjuk hp, tentang rupa-rupa kecanggihan iptek... aneh tapi nyata: ga nyambung Bang....