Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kataNya, ”Inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.”
Lukas 22:19
Natal 2007 dan tahun baru 2008 terasa sangat sulit dilalui bagi keluarga kami. Maklum, kami baru saja kehilangan adik saya tercinta Erina Natania yang meninggal dalam tugas tanggal 15 Juli 2007. Sejak jauh-jauh hari saya sudah menyiapkan tiket pesawat agar kami sekeluarga pergi keluar kota, sekedar untuk memudahkan melalui Natal tanpa Erina. Kamipun kemudian berkeliling Jawa Tengah, dan secara umum perjalanan berlangsung sangat mengasyikkan.
Namun, ada satu hal yang tetap berbeda. Tidak satupun dari kami yang ke gereja pada hari Natal! Saya sendiri sempat mencoba untuk mengajak keluarga ke gereja pada tanggal 25 Desember. Namun, terus terang, saya takut untuk ke gereja. Bagaimana tidak? Menyanyikan lagu-lagu Natal dan duduk bersama di gereja, tanpa Erina, akan terasa sangat menyakitkan. Apalagi, Erina-lah yang biasanya paling rajin ke gereja (walaupun terlambat bangunnya), dan ialah yang paling semangat jika bernyanyi. Lagipula, sebagai manusia, tidak ada dari kami, termasuk saya, yang luput dari perasaan menyalahkan Tuhan. Mengapa Tuhan justru ‚mengambil’ Erina? Mengapa orang lain, melainkan Erina? Dengan demikian, menghadap wajah Tuhan - yang mengambil Erina - menjadi sulit kami lakukan.
Baru hari ini saya ke gereja lagi, tanggal 6 Januari 2008. Kebetulan, saya ada di Cikarang, dan hati itu adalah Perjamuan Kudus. Biasanya saya sudah hopeless jika ke gereja Cikarang, karena khotbahnya yang selalu sangat (bahkan terlalu) sederhana. Apakah dalam kondisi seperti ini, dalam kondisi iman dan jiwa yang sedang babak belur, hanya ke gereja Cikarang bisa memberikan kesejukan? Mungkin inilah yang dirasakan keluarga saya, sampai-sampai kami menjadi jarang ke gereja. Terus terang, saya kemudian nyaris tertidur waktu khotbah. Sayup-sayup terdengar suara Pak Pendeta yang menguraikan secara teoritis mengenai tema khotbah hari ini. Saya kembali putus asa, dan berharap proses liturgi ini cepat selesai, ketika roti perjamuan dibagikan.
Seperti biasa, potongan roti susu yang berbentuk persegi itu saya pegang di tangan saya. Lalu sayapun memandang roti itu, namun ada sesuatu yang lain di hati saya. Demikian juga gelas kecil anggur, yang berwarna merah gelap, seperti darah Erina yang masih menempel di handphone-nya ketika kami menerimanya. Daging seperti milik Erina, ketika kami melihat ia terbaring di dalam petinya. Inilah yang disebut darah dan daging - kematian! Inilah yang disebut memakan daging dan meminum darah - pengorbanan! Seperti Erina yang rela menyabung nyawa demi tugasnya disana.
Sebelumnya, walaupun kami bertahun-tahun ke gereja, bertahun-tahun aktif di kegiatan gereja, kata-kata seperti ‘kematian’, ‘pengorbanan’, ‘daging’, dan ‘darah’ seringkali terngiang-ngiang di telinga, namun buat saya itu sama saja seperti bom yang meledak di Irak. Saya lihat gambarnya, namun tahukah saya arti bom yang meledak itu? Betapa bergetar hati waktu mendengarnya? Betapa ngeri kejadian sesudahnya? Tidak. Bom ya bom, kita bisa ikut sedih atau prihatin, tapi toh itu sebuah kejadian yang jauh dari kita, jauh dari keseharian kita. Sangat mudah untuk berkata: Oh, mengerikan ya? Oh, menyedihkan ya? - Namun akan terasa berbeda kalau kita mengalaminya sendiri. Jadi, selama ini, saya tidak mengerti arti pengorbanan, darah, dan daging. Bahkan arti kematian pun tidak saya mengerti - lalu bagaimana saya bisa mengerti soal kebangkitan, kalau mati saja tidak paham?
Saya lalu seperti tersadarkan diri. Inilah rasa asam cuka dari kematian, yang sedang saya alami sekarang, yang dicucukkan ke mulut Tuhan Yesus 2000 tahun yang lalu. Kematian yang diakibatkan oleh sikap pengorbanan dan kepahlawanan, yang dibuktikan dengan penghargaan negara yang begitu besar terhadap Erina. Inilah pahit getir penderitaan akibat kematian! Inilah cawan yang disebut-sebut Tuhan Yesus harus diregukNya! Inilah sebabnya, Tuhan Yesus berpesan agar ritual perjamuan diulang untuk mengingatNya. Inilah sebabnya, dari berbagai macam denominasi Kristen, dari Ortodox Syria, Ethiopia, Katolik Roma, sampai GKI, hanya satu ritual yang tetap sama bentuknya: ritual Perjamuan Kudus! Mengapa Tuhan Yesus justru ingin murid-muridNya mengenang kematianNya, dan bukan kebangkitanNya? Bukankah sangat menyakitkan bagi para murid, setiap kali roti dibelah dan anggur dituang, tanpa kehadiran Sang Guru yang mereka cintai? Ya, karena lewat Perjamuan Kudus ini, Tuhan Yesus ingin agar kita mengerti mengenai kematian. Karena tanpa pengertian soal kematian, suatu hal yang mustahil untuk memahami kebangkitan.
Jadi, tahapan berikutnya adalah jelas: bangkit! Lagu KJ 424 yang berjudul „Yesus Menginginkan Daku“, yang dinyanyikan sebagai nyanyian pengutusan, justru menjadi pesan Tuhan Yesus yang luar biasa untuk saya. Bagaimana kita harus bersinar - menjadi cahaya yang menerangi bumi, dan menyebarkan cahaya itu seluas mungkin. Inilah kebangkitan! Cahaya tidak punya bentuk, bahkan fisikawan paling ahli pun sampai sekarang tidak bisa menentukan wujudnya - apakah cahaya adalah gelombang atau partikel. Cahaya adalah abstrak, namun ada. Cahaya bisa menerangi, menghangatkan, dan menyejukkan hati yang gundah dirundung banjir. Apakah syarat menjadi cahaya? Kematian! Karena cahaya tidak berbentuk, maka bentuk harus dimatikan terlebih dahulu. Bentuk, yang bagai enam sisi tembok penjara, jika dijebol akan membuat cahaya menjadi bebas, berlari dengan kecepatan tertinggi yang mungkin ada menurut Einstein.
Jadi, Erina sekarang sudah menjadi cahaya. Cahaya yang bersinar dalam hati kita, cahaya yang dirasakan oleh setiap orang yang mengenalnya semasa hidup. Cahaya yang mengandung tanggung jawab bagi kita yang menerimanya - bahwa kita juga harus meneruskannya. Bahwa dengan pengertian ini, dengan pemahaman ini, saya, kita, harus giat menyebarkan kabar baik ke semua orang. Kabar tentang kebangkitan sesudah kematian. Kabar tentang Tuhan Yesus, Sang Cahaya yang terus bersinar.
Shine on, Sister!
Harry Nazarudin
3 comments:
Salam dalam Yesus Kristus,
Saya telah membaca hampir semua renungan EMBUN PAGI dan mengenai kehidupan bapak serta keluarga.Saya yakin dalam Yesus Kristus apa yang anda tuliskan melalui DOA dan perbuatan ALLAH telah mendengarNYA karna kita punya ALLAH yang sangat baik sekali hingga mujizat terjadi,Saya juga minta dukungan DOA untuk kesembuhan anak saya Ebenezer Edward Pasquale yang lahir premature 24 oktober 2007 hingga sekarang masih dirawat di ICU Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita Jakarta karena pernafasannya teras sesak.Saya telah rasakan mujizat dari ALLAH karena saat lahir anak saya mengalami infeksi di usus dan lambungnya,gula darah yang rendah,berat badan 1165 gram ketika itu dioperasi Cesar karna penyumbatan plasenta di usia 7 bulan kandungan dan diafragma paru paru sebelah kanan dioperasi ketika beratnya 1300 gram dan puji tuhan sekarang sudah 2165 gram,saya dan istri selalu berdoa serta konseling ke gereja dan pendeta untuk dukungan DOA dan kami masih menunggu dengan sabar mujizat dari ALLAH untuk kesempurnaan anak kami,terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.
Syalom,
Kasih Allah dalam EBENEZER adalah sempurna dalam mukjizat dan sekarang anak kami semakin membaik terlihat dari ventilator oksigen yang dilepas,itu semua berkat sentuhan Allah,Yesus Kristus dan Roh Kudus.Saya dan istri serta keluarga selalu berDOA untuk kesembuhan Total Ebenezer sehingga Ebenezer bisa menghirup/bernafas dengan udara yang ALLAH ciptakan dan berikan secara gratis kepada setiap manusia.Semoga Allah selalu memberikan hikmat kepada dokter,perawat yang merawat anak kami dan bayi yang ada di ICU RSAB.
Sekarang anak kami dalam pemulihan paru parunya (therapi pernafasan).
Dalam lagu rohani Pdt.Ir.Niko N:"Aku percaya Allahku ajaib,DIA turun tangan memulihkanku","Aku percaya Allahku Dahsyat,Dia turun tangan menyembuhkanku".Seperti itulah dalam DOA dan pengharapan kami kepada ALLAH,Yesus Kristus,Roh Kudus di satu dalam ketritunggalan untuk kesembuhan dan kesempurnaan Ebebenezer anak pertama kami yang kami kasihi dan cintai supaya Ebenezer dapat kami ajar akan firman dan kuasa Allah,kami ajak untuk memuji serta memuliakan Allah dalam Ibadah/Doa di hari mendatang.
Mohon selalu dukungan DOA nya,Terima kasih dan Yesus Kristus memberkati kita.
Salam dalam yesus kristus,
Terima kasih atas dukungan doa bapak selama ini walaupun pada hari minggu tanggal 10 februari 2008 jam 20.30 wib di Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita,anak kami yang tercinta Ebenezer Edward Pasquale Hutapea telah dipanggil oleh Bapa disurga,Allah yang punya kehidupan kita.Kami bersyukur atas apa yang kami alami dalam ujian iman dan kehidupan disaat pernikahan kami baru 1 tahun yang telah membentuk kami dalam pergumulan kepada Allah,Yesus Kristus dan Roh Kudus dalam satu di ketritunggalan supaya beriman dalam doa dan pengharapan mengandalkan NYA disetiap waktu kehidupan rumah tangga kami.
Tuhan Yesus Memberkati Kita,
Keluarga :
Herland Minton Hutapea/Tonggo Taruli br Marpaung
Post a Comment