Lima tema berikut merupakan tema utama Minggu Pra-paskah yang diedarkan melalui Lembar Pembinaan GKI ”Suluh” no. 06/2005. Saya mula-mula tertarik dengan pemakaian kata latin, tetapi kemudian juga menyadari bahwa ada benang merah antara kelima langkah tersebut.
Invocabit (Berseru)
“Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya”
Mazmur 91:15
Panggilan Tuhan untuk keluar dari kehidupan keduniawian kita biasanya diawali dengan seruan. Ego kita yang selama ini dominan dan terus berjuang menyelesaikan masalah dan problema yang datang bertubi-tubi, pada saatnya akan menyadari bahwa berjuang sendiri tidak akan membawa hasil. Sang ego kemudian dipaksa mengakui, baik sengaja maupun tidak, akan adanya kekuatan diluarnya yang Maha Kuat, Maha Kuasa. Sang ego menyadari bahwa tanpa menggapai suatu kekuatan Mutlak, ia akan mengalami fase self-destruct dan hancur perlahan-lahan. Sang ego pun lalu berseru – sebagai tanda takluk. Seruan ini tidak perlu dihiasi bunga kata-kata dan puitis puja-puji seperti layaknya doa orang Farisi. Cukup satu kata: tolong! Dan sang ego pun takluk
Reminiscere (Mengingat)
“Ingatlah segala rahmatMu dan kasih setiaMu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala”
Mazmur 25:6
Setelah seruan terucap, sang ego akan terduduk lunglai dan terpaksa merenung. Ketika asanya sudah habis, yang dapat dilakukannya hanyalah menggeletak dan mencari kekuatan Yang Maha Kuasa itu. Dimanakah Ia? Secara logis sang egopun lalu mulai menelisik masa lalunya sendiri. Ditelitinya setiap jejak langkah dalam bentuk fragmen-fragmen memori dalam otak, dianalisanya setiap peristiwa yang dialaminya. Sang ego kemudian menyadari bahwa Sang Kuasa sudah meninggalkan sidik jariNya nyaris di semua tempat. Waktu kecil, Ia ada. Waktu susah, Ia tersenyum. Waktu tak kuat berjalan, Ia menggendong. Bahkan jauh sebelum sang ego berkembang seperti bentuknya sekarang. tanganNya sudah merengkuh dan menimang. Sang ego pun menyadari, betapa Sang Kuasa sudah ada sejak awal, sudah berperan aktif sejak awal, namun dengan senyum sabar dan bijak mengamati sang ego yang kemudian merajalela menyangkalNya. Air mata mulai menitik, karena sang ego yang membelalak ini, ternyata buta!
Oculi (Melihat)
“Mataku tetap terarah kepada Tuhan, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring”
Mazmur 25:15
Dengan seruan dan ingatan akan Sang Kuasa, kini sang ego mulai bisa bangkit. Dengan kesadaran dan ketaklukan, yaitu iman, kepadaNya, kini sang ego tidak lagi menempati seluruh hati, melainkan memberikan tempat bagiNya untuk bertahta dan berperan aktif. Ia mulai bergerak, Ia membenahi, Ia memberikan energi baru bagi sang ego yang sudah lunglai sehingga bergairah lembali. Sang egopun kini tidak buta lagi – ia bisa melihat! Jalan begitu lurus dan jelas, indah tak terperi. Semuanya hanya dengan satu langkah mudah: iman dan percaya! Takluk akan kuasaNya.
Laetare (Bersuka cita)
“Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!”
Yesaya 66:10
Sang ego pun bersuka cita. Kali ini bukan suka cita karena uang yang mengalir lebih deras. Bukan suka cita karena kemenangan atas suatu pertarungan. Bukan suka cita melihat sang musuh kalah bertekuk lutut. Bukan pula sika cita karena kenikmatan badani. Suka cita ini lain – tak masuk hitungan materi, apalagi seksual, tetapi terasa sangat menentramkan. Terasa sangat sempurna, sehingga suka cita tidak berasal dan asa yang tercapai melainkan suka cita yang bersuka cita atas apa adanya. Suka cita yang bukan berasal dari dunia, suka cita yang diwariskan oleh senyumNya yang sabar dan penuh kasih. Suka cita yang tidak terlihat sebagai suka cita, tetapi terasa sebagai suka cita. Suka cita pada hakekat sesungguhnya, yang terbebas dari ikatan materi, badani, dan duniawi.
Judica (Keadilan)
“Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang!”
Mazmur 43:1
Maka, keadilan Allah pun nampak! Tidak ada lagi kecurangan dan penipuan. Ia yang memegang kendali, Sang Hakim Agung yang menghakimi. Manusia tidak perlu takut lagi haknya dilanggar. Manusia tak perlu memutar otak membela nasibnya. Tidak ada pengacacara, tidak ada hukum. Yang ada hanya keadilan hakiki daripadaNya, yang tidak memerlukan kodifikasi undang-undang maupun penurutan peraturan. Keadilan hakiki, dimana yang punya banyak tidak berlebih dan yang punya sedikit tidak kekurangan. Keadilan tanpa kerling iri hati, keadilan tanpa dendam kesumat. Keadilan, yang hanya bisa terjadi di Surga, dimana hukum termodinamika tidak berlaku lagi.
Amin! Selamat Paskah.
No comments:
Post a Comment