Monday, January 18, 2010

Where and When

”Then He took the cup, and gave thanks, and gave it to them, saying, “Drink from it, all of you. For this is My Blood of the new covenant, which is shed for many for the remissions of sins.”
Matthew 26:27-28

Seorang pendeta di GKY Grenvil dalam khotbahnya memberikan sebuah ilustrasi yang menarik. Ada seorang wanita yang sedang berkonsultasi dengan pendetanya.
“Saya tidak mengalami lagi damai Kristus, Pak” katanya. “Saya tidak merasakan damai lagi, saya betul-betul kehilangan iman saya. Saya merasa tidak terpanggil untuk berdoa, apalagi pergi ke gereja!” katanya lagi dengan gelisah.
Sang pendeta hanya tersenyum dan berkata “Where and when – dimana dan kapan – Saudara mulai kehilangan iman?”
Sang wanita tadi segera menjawab dengan suara meninggi: “Ini bukan soal kapan, Pak, ini adalah masalah hati. Hati saya tidak menemukan lagi kedamaikan dalam Kristus, mungkin karena begitu banyaknya aktivis gereja yang ternyata bobrok, atau majelis gereja yang ternyata ikut korupsi. Saya betul-betul kehilangan kepercayaan pada gereja, Pak!”
Namun, dengan tenang dan tetap tersenyum, sang pendeta tetap bertanya dengan pertanyaan yang sama : ‘Where and when – kapan dan dimana – Saudara mulai kehilangan iman?”
Demikianlah pembicaraan itu berlanjut. Sang wanita tadi terus berputar-butar menghindar, namun akhirnya mengakui. Beberapa tahun lalu ia lari dari rumah untuk tinggal bersama pacarnya. Itulah saatnya – where and when – ia mulai kehilangan iman.

Ilustrasi ini menarik untuk direnungkan. Memang, setiap orang yang merasa imannya lemah, jika berani jujur, pasti punya satu titik balik – where and when – ketika iman itu mulai dilemahkan atau melemah. Seorang penyair yang akhirnya berpindah kepercayaan, Sitor Situmorang, bahkan membuat sebuah puisi tentang sebuag gereja diatas bukit yang kosong, yang menunjukkan kehampaan iman Kristennya. Jadi, sang pendeta tadi memang bijak. Langkah pertama kita, jika kita merasa iman kita melemah, adalah bertanya: where and when.

Namun, jika kita perhatikan – what, atau apa yang bisa melemahkan iman kita sebegitu hebatnya? Kalau bicara dosa, setiap hari kita berdosa – dari memaki motor yang menyerempet mobil kita sampai melirik pada seseorang bertubuh aduhai. Tapi, dosa macam apa yang begitu kuatnya, sampai bisa melemahkan iman kita? Dalam ilustrasi diatas, jelas bahwa dosa sang wanita adalah ketika ia memutuskan untuk lari dari keluarganya dan hidup bersama pacarya. Ya, memang tidak dijelaskan apa agama pacarnya itu. Tetapi, apakah hal ini relevan?

Sebenarnya tidak. Jika kita renungkan, jenis dosa yang dilakukan wanita ini adalah dosa menahun. Maksudnya, dosa yang dipendam, dosa yang dipelihara bertahun-tahun. Dan dosa yang saya maksud bukanlah dosa karena berzinah atau hidup dengan pacarnya. Tetapi, ada satu dosa yang lebih berbahaya – dosa kebohongan. Bisa Anda bayangkan, ia pasti mencintai pacarnya luar biasa. Namun, dalam hatinya pasti sedih, ketika ia lari dari rumah, dan tidak bisa bertemu dengan orang tua ataupun saudara-saudaranya lagi. Dalam hatinya pasti ada kerinduan yang luar biasa kepada keluarganya, namun ada akar pahit yang luar biasa pula, karena ia tidak mengerti mengapa keluarganya tidak setuju ia perpacaran dengan arjunanya ini.

Demikianlah akar pahit itu – rasa berdosa, rasa bersalah, rasa rindu, kecewa, sekaligus benci – tertanam dalam hatinya bertahun-tahun. Nah, kalau diibaratkan shio atau zodiac tionghoa, akar pahit menahun adalah shio macan, dan iman Kristen adalah shio kelinci – keduanya disebut ciong, atau tidak cocok, karena macan cenderung memangsa kelinci. Konon, pernikahan dari shio macan dan shio kelinci tidak baik menurut fengshui. Demikian pula iman Kristen wanita ini, dan akar pahitnya kepada keluarganya. Iman Kristen selalu menganjurkan kedamaian, kejujuran, dan ketulusan. Iman Kristen tidak mengijinkan adanya pemotongan sapi atau sebuah upacara adat tertentu untuk menghilangkan akar pahit seperti ini. Dalam iman Kristen, solusinya cuma satu: kembali ke keluarganya, mohon maaf dari mereka, dan berdamailah dengan mereka. Itu saja! Mudah, tetapi luar biasa sulit!

Jadi, bukan hidup bersamanya yang jadi masalah disini. Yang jadi masalah adalah akar pahitnya – dan setiap kali ia ke gereja, setiap kali ia berdoa, setiap kali ia membaca Alkitab, ia diingatkan untuk berdamai, dan itu justru tidak mau ia lakukan. Ia akan secara refleks menghindari doa, menghidari Alkitab, sehingga lama-lama imannya pun melemah. Mengapa ia tidak menemukan kedamaian lagi dalam iman Kristennya? Karena iman Kristennya selalu menantangnya untuk berdamai dengan masalahnya – namun, dengan cara yang tidak ia kehendaki.

Jadi, jika Anda merasa iman Anda mulai melemah, langkah pertama adalah: jangan pakai tedeng aling-aling. Tanya saja pada diri Anda sendiri: “Where and when?” Apakah dimulai sejak Anda memulai suatu proyek dimana Anda harus menyogok rekanan Anda? Apakah dimulai saat Anda mulai rajin jalan-jalan dengan sekretaris Anda? Jika Anda sudah mendapatkan where and when-nya, maka segeralah merenung dan mencarui jalan keluarnya. Ini dunia moderen, dan saya tidak menganjurkan Anda hidup di gua dan berdoa terus-menerus. Berbicaralah pada rekanan Anda – siapa tahu, Anda bisa membantu yang bersangkutan dengan cara lain sehingga tidak perlu terang-terangan ‘menyogok’ lagi. Jika Anda mulai jalan-jalan dengan sekretaris Anda, berbicaralah pada istri Anda, apa yang Anda rasakan kurang darinya, sampai-sampai mencari pelampiasan pada orang lain? Intinya, cobalah cari akar permasalahannya. Seringkali, masalahnya bukan pada perbuatannya itu sendiri, melainkan dari kepahitan, kekecewaan, dan kebohongan yang terus meneruk dipupuk, untuk menutupi perbuatan itu.

Dan jangan kuatir! Dalam Perjanjian Lama, jika kita mencari kata ‘dosa’ do www.sabda.org, tema yang paling sering dibicarakan adalah penghukuman. Tapi dalam Perjanjian Baru, justru yang paling sering adalah pengampunan! Betapa Tuhan Yesus sudah menumpahkan darah, mengorbankan diriNya untuk melawan dosa. Kita punya satu backing – satu Penolong yang kuat, yang mampu mengalahkan dosa, bahkan sekelam apapun. Jadi, jangan takut! Datanglah kepada Dia, maka Ia akan mengampuni dosa Anda. Dan, yang lebih penting lagi, Ia akan memberikan kekuatan pada kita untuk berdamai dengan masalah kita. Dengan cara yang benar, tanpa jalan pintas!

Amin.

Cikarang, 27 Desember 2009

No comments: