Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
Matius 11:28
Tuhan Yesus adalah seorang nabi yang aneh. Kalau nabi-nabi lain menguraikan aturan, mengadakan nubuat, atau melemparkan kecaman, Tuhan Yesus justru sebaliknya: Ia memberikan harapan. Harapan ini bukan untuk yang berkelimpahan, bukan untuk yang kaya raya. Harapan ini justru untuk kaum lemah, kaum miskin, kaum yang menderita. Tuhan Yesus tidak terjebak dalam konotasi Yahudi sebagai bangsa terjajah dan Romawi sebagai penjajah. Ia tetap teguh memegang prinsip bahwa Allah hadir untuk yang lemah, miskin, dan menderita, tidak peduli apakah ia orang Yahudi, Yunani, atau Romawi.
Mungkin, prinsip inilah yang membuat appeal atau daya tarik Tuhan Yesus sangat besar bagi kaum miskin dan kaum tertindas, kaum yang bahkan tidak bisa memaksa Imam Besar untuk menurunkanNya dari kayu salib. Kaum yang terpaksa berteriak ”Salibkan Dia!” karena tekanan politis, walaupun hatinya rindu akan FirmanNya. Bahkan seorang Mahatma Gandhi, yang juga berpegang teguh pada prinsip damai dan membela yang lemah, begitu terkesan dengan Khotbah di Bukit sampai-sampai pada suatu waktu ia ingin masuk ke gereja. Sayangnya, ia ditolak mentah-mentah karena hanya orang kulit putih yang diijinkan masuk gereja!
Di Bandung, ayat dalam perikop diatas diukir besar-besar di palang sebuah gereja Katolik. Seolah-olah, patung Tuhan Yesus yang sedang tersalib benar-benar bersabda memanggil semua orang yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepadaNya! Jika kamu letih dan lesu, berbahagialah! Tuhan Yesus datang ke dunia khusus untuk kamu! Itulah sebabnya Ia menerima anak-anak, tukang pajak, dan orang-orang sakit. Karena Ia baik hati, karena untuk merekalah Ia datang. Jadi, datanglah kepadaNya!
No comments:
Post a Comment