Tuesday, May 01, 2007

Hari 7 - 29 April 2007 - Ia Baik!

Mazmur Daud.
TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
Mazmur 23:1 - 6


Jangan kuatir dan jangan bersedih. Tuhan itu baik! Ia menyediakan apa yang menjadi keperluan kita, ia menjagai kita.
Kadang-kadang pukulanNya terasa keras, seringkali teguranNya terasa pedas. Namun Ia setia, Ia baik, dan Ia beserta kamu!
Janganlah patah semangat dan bersedih. Bersikaplah positif dan berdirilah tegak, supaya Ia melihat mu tidak mudah patah.
Supaya Ia melihatmu dan bagaikan seorang ayah yang menyaksikan anaknya diwisuda, seorang ibu yang menyaksikan anaknya menikah. Supaya Ia bangga, anakNya berhasil mengarungi bahaya!

Hari 6 - 28 April 2007 - Mintalah, Maka Akan Diberikan!

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.
Markus 11:24


Mintalah, maka hal itu akan diberikan kepadamu! Sesuatu hal yang sulit bukan? Tapi ada suatu fakta yang menunjang Firman ini. Secara logis, jika manusia melakukan sesuatu yang bermanfaat, maka hal itu akan terus dilakukannya, karena ada insentif positif. Maksudnya adalah, ada keuntungan yang diperoleh dari kegiatan itu. Contohnya, bila orang makan dan merasa kenyang, maka orang akan terus makan. Tapi jika makanan itu membuat seseorang sakit, maka orang tersebut tidak akan makan lagi. Insentif positifnya adalah rasa kenyang yang nikmat itu!

Doa adalah sebuah fenomena sejarah. Sebuah tonggak rohani di tengah dunia yang kian sekuler seperti masa kini. Mengapa? Karena doa - yang begitu umum dan wajar dikenal di masyarakat - ternyata tidak memiliki bukti ilmiah! Apa gunanya berdoa? Apakah ada jaminan bahwa permohonan doa akan dikabulkan? Apakah ada efek positif dari doa yang mempengaruhi kondisi psikologis, kejiwaan, apalagi pengaruh fisik? Tidak! Tapi, di hari ini, milyaran manusia di dunia sedang berdoa. Dan manusia sudah berdoa sejak ribuan tahun yang lalu, tepatnya 2000 tahun untuk umat Kristen. Kalau doa itu omong kosong, kalau doa itu tidak membawa manfaat apa-apa - bagaimana manusia bisa tetap berdoa selama 2000 tahun?

Untuk membuktikan hal ini, coba tuliskan di selembar kertas, daftar permohonan dalam doa Anda dari kecil sampai sekarang. Lalu coba periksa: mana yang dikabulkan, mana yang tidak. Yang dikabulnya menjadi mayoritas bukan? Dan bagi yang tidak dikabulkan - misalnya keinginan untuk jadi astronot di masa kecil - pasti sudah diganti dengan suatu anugerah yang lebih mulia lagi! Nah, jelas bukan? Doa itu nyata, senyata kamu dan saya. Oleh karena itu berdoalah!

Dalam perikop diatas Tuhan Yesus menegaskan pentingnya arti doa dan iman percaya. Berdoalah, datanglah kepada Tuhan! Mintalah kepadanya - kekuatan, kepulihan, kesembuhan! Niscaya Ia akan mendengarkan doamu, seperti doa milyaran manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Statistik membuktikan, bahwa doa itu punya kuasa. Mintalah kepadaNya, maka untukmu akan diberi!

Hari 5 - 27 April 2007 - Berlarilah Ke Depan, Jangan Lihat ke Belakang!

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Filipi 3:13-14


Paulus adalah seseorang yang penuh cacat cela. Ia dulunya adalah seorang penganiaya jemaat, yang rajin menyiksa dan membunuhi orang Kristen. Dari segi rohani ia adalah seorang Farisi, yang terkenal dengan kemunafikan dan berkali-kali dikritik oleh Tuhan Yesus. Paulus sebenarnya layak langsung masuk neraka! Perbuatannya penuh cela dan penganiayaan terhadap jemaat Kristen, sampai ketika Tuhan memanggilnya. Tindakan Paulus bahkan bisa disamakan dengan Yudas Iskariot, yang tega menjual guruNya hanya demi beberapa keping uang perak.

Namun, reaksi Yudas dan Paulus sangat berbeda terhadap perbuatan mereka. Inilah yang membedakan antara iman Kristen sejati dengan jiwa pengecut! Ketika sadar bahwa dirinya sudah melakukan kesalahan, Yudas mengalami depresi. Ia begitu sedihnya, sampai diceritakan bahwa ia membunuh diri dengan menggantung dirinya di sebuah pohon. Sebuah akhir yang najis, akhir yang memalukan!

Bagaimana dengan Paulus? Ia bukannya meratapi nasibnya yang lampau, menyesali perbuatan jahatnya, tetapi ia justru begitu giat melayani Allah sampai ia menjadi salah seorang tonggak utama agama Kristen. Sebagai manusia, Paulus pasti punya penyesalan. Bahkan Ananias, seorang Kristen yang diminta Tuhan untuk menerima Paulus, mula-mula begitu ragu dan takut menemui Paulus! Begitu jahatnya Paulus, sehingga ia bisa saja menggantung dirinya ketika menyadari kesalahannya. Tapi, dalam Filipi Paulus berkeras untuk tidak melihat ke belakang dan melihat ke depan, berlari-lari ke tujuan yakni panggilan Sorgawi dari Allah dalam Yesus Kristus.

Temanku, jangan melihat ke belakang! Berhentilah meratapi dan merenungi nasib. Siaplah untuk berlari ke depan! Apa yang bisa kaulakukan untuk Tuhan di dunia ini? Apa yang ingin dinyatakanNya dalam hidupmu? Kejarlah itu! Konsentrasikanlah sisa tenagamu untuk berkarya, untuk berusaha - berlari-lari menyongsong kehadiran Allah! Contohlah Paulus yang tidak suka meratapi nasibnya, tapi lebih memilih memajukan imannya agar pertobatannya tidak sia-sia. Jangan seperti Yudas, yang mati konyol di tiang gantungan! Tumbuhkanlah semangat dalam hatimu, agat karya Tuhan segera dinyatakan dalam dirimu!

Hari 4 - 26 April 2007 - Datanglah Kepada Yesus!

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
Matius 11:28

Tuhan Yesus adalah seorang nabi yang aneh. Kalau nabi-nabi lain menguraikan aturan, mengadakan nubuat, atau melemparkan kecaman, Tuhan Yesus justru sebaliknya: Ia memberikan harapan. Harapan ini bukan untuk yang berkelimpahan, bukan untuk yang kaya raya. Harapan ini justru untuk kaum lemah, kaum miskin, kaum yang menderita. Tuhan Yesus tidak terjebak dalam konotasi Yahudi sebagai bangsa terjajah dan Romawi sebagai penjajah. Ia tetap teguh memegang prinsip bahwa Allah hadir untuk yang lemah, miskin, dan menderita, tidak peduli apakah ia orang Yahudi, Yunani, atau Romawi.

Mungkin, prinsip inilah yang membuat appeal atau daya tarik Tuhan Yesus sangat besar bagi kaum miskin dan kaum tertindas, kaum yang bahkan tidak bisa memaksa Imam Besar untuk menurunkanNya dari kayu salib. Kaum yang terpaksa berteriak ”Salibkan Dia!” karena tekanan politis, walaupun hatinya rindu akan FirmanNya. Bahkan seorang Mahatma Gandhi, yang juga berpegang teguh pada prinsip damai dan membela yang lemah, begitu terkesan dengan Khotbah di Bukit sampai-sampai pada suatu waktu ia ingin masuk ke gereja. Sayangnya, ia ditolak mentah-mentah karena hanya orang kulit putih yang diijinkan masuk gereja!

Di Bandung, ayat dalam perikop diatas diukir besar-besar di palang sebuah gereja Katolik. Seolah-olah, patung Tuhan Yesus yang sedang tersalib benar-benar bersabda memanggil semua orang yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepadaNya! Jika kamu letih dan lesu, berbahagialah! Tuhan Yesus datang ke dunia khusus untuk kamu! Itulah sebabnya Ia menerima anak-anak, tukang pajak, dan orang-orang sakit. Karena Ia baik hati, karena untuk merekalah Ia datang. Jadi, datanglah kepadaNya!

Hari 3 - 25 April 2007 - Sampai Kapan?

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Pengkhotbah 3:11

Sampai kapan semua ini harus kutanggung? Waktu adalah segalanya. Dalam bisnis, dalam kehidupan dan kematian, waktu adalah segalanya. Saya selalu ingat pengalaman pribadi ketika nenek saya sakit keras. Beliau adalah seorang Kristen yang sangat taat. Suatu hari, nenek saya jatuh sakit keras, sehingga nampaknya umurnya tidak lama lagi. Semua orang mulai meramalkan tanggal kematiannya. Ada yang bilang besok, ada yang bilang lusa. Beberapa orang saudara yang masih percaya pada dukun dan ilmu gaib bahkan menganjurkan kami untuk membuat upacara khusus, agar nenek saya cepat ’pergi’ karena saat itu ’status’ rohnya sedang tersangkut di pohon dekat rumah. Wah!

Kamipun mengadakan rapat keluarga. Apakah kami harus menyiapkan ayam cemani seperti anjuran sang dukun? Apakah betul kami harus memasang dupa di bawah ranjangnya? Kami lalu ingat akan keteguhan nenek dalam iman Kristennya. Kalau ia sadar dan melihat ada sisa-sisa ’upacara gelap’ di kamarnya, ia pasti marah besar! Oleh karena itu, kami memutuskan untuk tidak mengikuti semua anjuran itu dan hanya berdoa bersama untuk nenek saya.

Waktu itu, kondisi nenek saya begitu parahnya, sehingga jika ada yang meramalkan ia akan meninggal dunia besok, buat saya terlihat logis saja! Tapi, ternyata Tuhan menunjukkan kuasaNya. Ramalan demi ralaman kematian berlalu, dan nenek saya masih bertahan, masih bernafas. Ternyata, nenek saya bisa sembuh! Baru setahun kemudian, ketika tidak ada satu orangpun yang menyangka, nenek saya meninggal dengan tenang dalam tidurnya. Dimanakah ramalan itu? Dimanakah roh nenek saya yang katanya tersangkut di pohon? Nihil! Pada akhirnya, kehendak Tuhanlah yang terjadi!

Waktu memang sebuah elemen yang penting. Kadang-kadang, rencana Tuhan tidak bisa terbukti oleh percobaan atau ujian, tapi hanya teruji oleh waktu. Bukankah waktu adalah penguji yang terbaik? Emas dibedakan dari besi, karena emas bertahan tak lekang oleh waktu, sementara besi yang kokoh akan hancur oleh karat hanya dalam hitungan hari. Waktu! Itulah prasyarat keindahan kasih Tuhan. Jadi, kalau waktunya belum datang, kemuliaanNya belum terwujud, bersabarlah! Ia akan datang, sepasti datangnya pagi di malam yang kelam, atau sepasti datangnya angin semilir di tengah badai yang sedang menerpa. Bersabarlah - yang akan datang itu pasti, hanya tinggal menunggu waktu. Segala sesuatu akan indah pada waktunya!