“Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Mat 25:29
Pernahkan Anda merasa begitu cemburu sampai perut Anda terasa mual? Pernahkah Anda begitu marah dan memaki-maki karena mobil Anda tergores? Apakah reaksi Anda ketika mendapati sesuatu tidak dijalankan dengan baik? Marah? Memaki-maki?
Saya pernah seperti itu. Sejak dahulu saya memang memiliki emosi yang sulit dikendalikan. Saya mudah menggelegak marah dan memaki atau melontarkan kata-kata pedas ketika mendengar jawaban ‘tidak’, apalagi sesudah tinggal di Jakarta yang memang lingkungannya serba keras ini. Hal ini juga didukung oleh posisi saya di kantor yang cukup baik sehingga sangat sedikit orang yang berani berkata ‘tidak’ pada saya. Hari ini pun, rasa cemburu sudah membakar hati saya sampai-sampai saya berprasangka buruk pada kekasih saya tercinta!
Tetapi saya tidak akan tinggal diam. Sudah cukup lama saya biarkan kebiasaan ini berkembang, dan mulai besok saya akan berusaha meredam semua kebiasaan buruk itu. Jika menghadapi sifat buruk, ada dua reaksi orang secara umum: yang pertama berusaha mengubah sifat itu, dan yang kedua justru meminta orang lain memaklumi sifatnya karena ‘memang sudah begitu’. Dalam perikop tentang talenta, kelompok pertama adalah dua hamba setia yang berhasil memperoleh laba dari uang yang ditinggalkan tuan tanah. Mereka berhasil mengubah sesuatu yang bernilai kecil menjadi besar, walaupun dengan usaha yang tidak mudah. Sementara kelompok kedua adalah sang hamba yang tidak setia, yang mengubur talenta itu dalam tanah dan mengklaim bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa karena ‘memang Cuma segitu modalnya’, dan meminta tuan tanah memakluminya. Saya tidak mau jadi anggota kelompok pecundang ini!
No comments:
Post a Comment