“Dan ia melahirkaqn seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”
Lukas 2:7
Waktu saya kecil, saya sering ikut membaca majalah Femina langganan ibu saya. Di bagian belakang selalu ada satu halaman komik yang menceritakan sebuah keluarga kecil, nama persisnya saya sudah lupa. Tetapi, ada satu episode komik itu mengenai natal yang begitu berkesan bagi saya sehingga saya ingat sampai sekarang.
Diceritakan bahwa keluarga itu sedang bersemangat merayakan natal. Sang ayah dan ibu mula-mula sibuk mendirikan pohon natal, dibantu oleh anak sulung dan tengah yang sudah agak besar. Pohon pun dihias cantik dan diberi lampu. Setelah selesai, tiba saatnya pembukaan kado natal. Suasana rumah menjadi hangat dan ramai, karena anak-anak berteriak kegirangan ketika mengetahui bahwa kado yang diterimanya sesuai dengan apa yang diminta. Sang ayah dan ibu sendiri bertukar kado natal, masing-masing tersipu-sipu kegirangan oleh kado yang diberikan.
Di tengah suasana riuh rendah itu, sang bungsu, yang masih bayi, tiba-tiba merenung, lalu merangkak pergi meninggalkan ruang keluarga. Ia merangkak melalui ruang makan yang sepi, kemudian keluar ke teras melalui pintu belakang. Kemudian ia memandang langit, dan mendapati sebuah bintang bersinar terang. Sambil tersenyum memandang bintang, ia pun lalu menggumam: „Happy birthday Jesus...“
Ilustrasi komik tadi sangat tepat menggambarkan kesibukan menjelang natal yang seringkali menjebak kita dalam rutinitas. Menjadi panitia natal, ikut koor, ataupun sandiwara, memang membuat kita sibuk dan harus bekerja ekstra keras untuk menyelesaikan semuanya. Tapi jangan lupa untuk menyisihkan waktu sejenak, merenung, dan memberi ucapan selamat ulang tahun untuk Tuhan Yesus yang sudah begitu baik kepada kita. Sebab, memang itulah inti natal: selamat ulang tahun Tuhan Yesus!
No comments:
Post a Comment